Ribuan ASN akan datang ke IKN, bagaimana penyediaan air bersih untuk jangka panjang?
Pemerintah berupaya mengelola air baku berkelanjutan di IKN, namun pengamat mengatakan harganya akan lebih mahal dibandingkan Jakarta.
“Tahun 2019 itu masih harga Rp50.000. Ya, mentok itu kalau lagi kemarau ya Rp80.000. Sekarang mahal,” kata Suraya.
Ia juga mengaku tak bisa mengandalkan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan harian.
“Karena kita mau tampung air hujan saja di atap itu, debunya luar biasa,” katanya sambil mengeluhkan dampak pembangunan IKN yang membuat jalan berlumpur, dan ketika musim panas menerbangkan debu.
Sumber air IKN
Setidaknya ada tiga sumber air yang bisa digunakan di IKN: air tanah (air sumur galian atau bor), air permukaan (sungai, embung, danau, sumur resapan dan laut), serta air hujan yang ditampung dalam skala rumah tangga.
Badan Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan karakteristik kesesuaian wilayah inti IKN “dalam kondisi sulit air”.
“Disarankan untuk menggunakan air permukaan atau alternatif lain,” kata Tatan Hidayat, Subkoordinator Pusat Tanah dan Geologi Tata Lingkungan di Badan Geologi seperti dikutip dari Antara.
Kawasan inti IKN, kata Tatan, termasuk dalam “kesesuaian lahan sedang hingga tinggi”, sehingga pembangunan perkotaannya memerlukan biaya sedang hingga tinggi karena kebutuhan air agak sulit terpenuhi.
Anjuran menggunakan air permukaan sebagai air baku juga pernah diutarakan dosen fakultas sains dan teknologi Universitas Airlangga, Nurina Fitriani.
Ia mendorong IKN menjadi kota spons – kota yang dapat menampung dan mengelola air hujan sebagai air baku. “Yakni melalui pembangunan dan sumur resapan air,” katanya.
Ditambah lagi, curah hujan yang cukup tinggi di Penajam Paser Utara mencapai 2.400 mm per tahun, merupakan potensi sumber air yang bisa digunakan untuk memenuhi ketersediaan air bersih.
Sejauh ini, pemerintah mengambil langkah membuat empat bendungan secara bertahap hingga 2058 mendatang. Satu bendungan, yaitu Bendungan Sepaku Semoi sudah rampung dan diresmikan Presiden Joko Widodo pada awal bulan Juni.
“Ini akan menjadi sumber air baku bagi air minum di Ibu Kota Nusantara dan juga sebagian untuk Kota Balikpapan,” kata Jokowi.
Proyek Bendungan Sepaku Semoi yang dimulai 2020 ini berbiaya Rp836 miliar. Kapasitas tampungnya 16 juta meter kubik dengan luas genangan 322 hektare. Jumlah air ini setara dengan kebutuhan 500.000 rumah tangga selama tujuh bulan.
Namun, aliran air bersih dari bendungan ini belum benar-benar tersalurkan sepenuhnya karena diperlukan jaringan pipa.
Sumber: BBC Indonesia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.