Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pertaruhkan 13 Tahun Kariernya di Militer AS demi Dukung Gaza, Perwira AD Amerika Mundur: Saya Malu

Seorang perwira AD Amerika memilih mundur dari jabatannya untuk mendukung Gaza. Ia berharap Israel segera menghentikan serangannya.

LinkedIn/AFP
Seorang perwira AD Amerika yang bertugas di Badan Intelijen Pertahanan (DIA), Mayor Harrison Mann (kiri), memilih mundur dari jabatannya untuk mendukung Gaza. Ia berharap Israel segera menghentikan serangannya ke Gaza. 

TRIBUNNEWS.com - Seorang perwira Angkatan Darat (AD) Amerika Serikat (AS) yang bertugas di Badan Intelijen Pertahanan (DIA), Mayor Harrison Mann, memilih mundur dari jabatannya untuk mendukung Gaza.

Ia resmi mundur dari DIA pada November 2023 lalu, mempertaruhkan 13 tahun kariernya di militer Amerika.

Dikutip dari The Guardian, Mann menjadi pejabat DIA pertama yang mengundurkan diri demi Gaza.

Selain karena mendukung Gaza, Mann mundur lantaran dukungan AS terhadap Israel atas genosida terhadap warga sipil Palestina.

Meski sudah mengundurkan diri sejak November 2023, Mann baru membicarakannya baru-baru ini karena mempertimbangkan beberapa hal.

"Saya takut, takut melanggar norma profesional kami. Takut mengecewakan petugas yang saya hormati."

"Takut Anda merasa dikhianati. Saya yakin beberapa dari Anda akan merasakan hal yang sama saat membaca ini," kata Mann dalam suratnya yang dibagikan kepada rekan-rekannya, namun baru dipublikasikan di akun LinkedIn-nya pada Senin (13/5/2024) lalu.

Mann mengaku "malu dan sangat bersalah" karena merasa membantu memajukan kebijakan AS yang menurutnya berkontribusi terhadap genosida warga Palestina di Gaza.

"Pada titik tertentu - apapun pembenarannya - Anda akan mengajukan kebijakan yang memungkinkan terjadinya kelaparan massal pada anak-anak," ujarnya, dilansir Palestine Chronicle.

"Kebijakan yang tidak pernah hilang dari pikiran saya selama enam bulan terakhir adalah dukungan yang hampir tanpa syarat (dari Amerika) terhadap pemerintah Israel."

"Di mana kebijakan itu telah memungkinkan dan memberdayakan pemubunuhan, serta kelaparan terhadap puluhan ribu warga Palestina yang tidak bersalah," jelas dia.

Baca juga: Pasukan Israel Masuk Jebakan Al-Quds di Jabalia, Tewas Diserang dari Dekat, IDF di Rafah Jadi Target

"Sebagai keturunan Yahudi Eropa, saya dibesarkan dalam lingkungan moral yang tidak kenal ampun saat membahas topik pembersihan etnis, apalagi jika kami memikul tanggung jawab tersebut (ikut terlibat)," tutup dia.

Saat dikonfirmasi The New York Times soal suratnya itu, Mann membenarkan bahwa ia yang menulisnya.

Namun, ia menolak berkomentar lebih lanjut, dan meminta media untuk bertanya langsung pada DIA.

DIA sendiri mengatakan pengunduran diri personelnya adalah hal yang lumrah terjadi.

Organisasi itu juga menyebut pengunduran diri memang dilatarbelakangi sejumlah alasan dan motivasi.

"Pengunduran diri karyawan adalah kejadian biasa di DIA, seperti yang terjadi pada organisasi lain. Dan karyawan mengundurkan diri karena sejumlah alasan dan motivasi," kata seorang pejabat DIA kepada Reuters.

Sebagai informasi, Mann bukanlah orang baru di militer AS.

Ia sudah berdinas selama 13 tahun mengabdi untuk negaranya.

Mann menghabiskan sekitar setengah dari 13 tahun kariernya dengan spesialisasi di Timur Tengah dan Afrika.

Baca juga: Al-Qassam Pimpin Pertempuran Hadapi Pasukan Israel di Rafah, Tembaki IDF Tanpa Ampun

Ia juga pernah bertugas di Kedutaan Besar AS di Tunis.

PBB akan Gelar Sidang

Sementara itu, Pengadilan Tinggi PBB mengatakan pihaknya akan mengadakan sidang pada Kamis (16/5/2024) dan Jumat (17/5/2024), sebagai tanggapan atas permintaan Afrika Selatan untuk memberlakukan perintah darurat pada Israel demi menghentikan serangan ke Rafah.

Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, akan mendengarkan pendapat pengacara Afrika Selatan pada Kamis, diikuti dengan tanggapan Israel pada hari berikutnya, dilansir Al Arabiya.

Awal bulan ini, Afrika Selatan mengajukan petisi kepada ICJ untuk mengambil tindakan sementara atas serangan ke Rafah.

Afrika Selatan meminta pengadilan agar memerintahkan Israel untuk "segera menarik diri dan menghentikan serangan militernya."

Afrika Selatan juga meminta pengadilan untuk mendesak Israel mengambil "semua tindakan efektif" untuk memfasilitasi akses "tanpa hambatan" bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Hampir 450.000 warga Palestina baru saja mengungsi dari Rafah dalam beberapa hari terakhir, dan sekitar 100.000 dari Gaza utara.

Sementara itu, badan-badan PBB memperingatkan "tidak ada tempat yang aman" di wilayah tersebut.

Perang Gaza paling berdarah ini telah menewaskan sedikitnya 35.173 orang, sebagian besar warga sipil Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza, Rabu.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved