Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Kesusahan Lawan Hamas, IDF Diminta Kembangkan Senjata yang 'Tak Diketahui Siapa pun'

Menhan Israel menginginkan pengembagang senjata yang tak diketahui siapa pun dan tak ada bandingannya di dunia.

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Tiara Shelavie
AFP
Gambar selebaran milik Maxar Technologies yang diambil oleh satelit WorldView-1 pada tanggal 7 Mei 2024 menunjukkan pemandangan udara dari sebuah bangunan yang terbakar di Rafah di Jalur Gaza selatan di tengah konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dilaporkan meminta Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengembangkan senjata “yang tidak diketahui siapa pun”.

Senjata itu dikabarkan akan digunakan untuk menangkis ancaman terhadap Israel.

Kabar pengembangan tersebut muncul setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan berhenti mengirim senjata ke Israel.

Permintaan Gallant itu disampaikan kepada Kepala Bagian Riset dan Infrastruktur Teknologi Militer, Danny Gold, dalam percakapan pribadi.

Dilansir dari Walla, Gallant menginginkan senjata itu tak diketahui siapa pun dan tak ada bandingannya di dunia.

Senjata itu bakal digunakan untuk melawan Hamas yang para pejuangnya bersembunyi di bawah gedung dan infrastruktur bawah tanah.

Israel tampak kesusahan melawan para pejuang Hamas. Pada akhir Januari lalu dikabarkan 80 persen infrastruktur terowongan Hamas masih utuh.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Israel menginformasikan Gallant bahwa pengembangan senjata laser telah mengalami kemajuan yang melebihi perkiraan.

Meski demikian, belum ada uji coba senjata laser yang dilakukan oleh Israel.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS, di Tel Aviv pada 18 Desember 2023.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berbicara selama konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS, di Tel Aviv pada 18 Desember 2023. (Alberto PIZZOLI / AFP)

Diperkirakan senjata itu akan siap dalam dua tahun mendatang dan bisa menangkis pesawat, roket, dan rudal.

Senjata tersebut juga akan menjadi pelengkap sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel.

Galant menyetujui anggaran khusus bagi Kemenhan Israel untuk mempercepat pengembangan cip canggih yang akan meningkatkan kemampuan kalkulasi berbagai senjata perang Israel.

Baca juga: Hizbullah Gelar 7 Operasi Militer ke Israel: Gunakan Berbagai Senjata, Upaya Cegah Genosida di Rafah

Sementara itu, terjadi debat antara Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Gallant perihal rencana untuk membeli dua jet tempur jenis F-35 dan F-15 buatan AS.

AS hentikan kiriman senjata

Presiden AS Joe Biden Biden sudah memutuskan untuk menangguhkan pengiriman senjata ke Israel.

Kemudian, salah satu bawahan Biden, yakni Menteri Pertahanan Lloyd Austin, menyebut pemerintah AS menangguhkan “satu pengiriman amunisi bermuatan besar”.

Hal itu disampaikan Austin di depan subkomite DPR AS pada hari Rabu.

“Kami sudah menjelaskan dari awal sekali bahwa Israel seharusnya tidak melancarkan serangan ke Rafah tanpa mempertimbangkan dan melindungi warga sipil yang berada di zona perang itu,” kata Austin dikutip dari Al Jazeera.

“Kami sudah membuat keputusan akhir mengenai bagaimana meneruskan pengiriman [senjata],” katanya menambahkan.

Dia menyebut pengiriman itu terpisah dari paket bantuan tambahan untuk Israel yang disahkan pada akhir April lalu.

Meski demikian, Austin menegaskan bahwa pemerintah AS masih terus mendukung Israel.

“Komentar akhir saya ialah kami sangat berkomitmen untuk terus membantu Israel dalam haknya untuk membela diri.”

Sebelumnya, Biden buka suara tentara kemungkinan menangguhkan pengiriman senjata ke Israel.

“Itu salah,” kata dia kepada CNN. “Kami tidak akan mengirimkan senjata dan peluru artileri.”

Baca juga: Israel Salah Langkah di Jabalia, Al Qassam Robohkan 30 IDF Sekali Tepuk, Jenderal Ambruk di Zaytoun

“Warga sipil tewas di Gaza sebagai dampak dari bom-bom itu.”

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gilad Erdan, mengatakan penghentian pengiriman itu “sangat mengecewakan”.

Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan).
Presiden AS Joe Biden (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan). (X/@netanyahu)

AS ikuti jejak negara lain

Pekan lalu Biden sudah mengumumkan bahwa pemerintahannya menangguhkan pengiriman 3.500 bom dan peluru artileri ke Israel.

Biden menyebut AS tak akan mengirim senjata itu jika Israel meneruskan serangan ke Kota Rafah di Jalur Gaza.

Dilansir dari laman Human Rights Watch (HRW), keputus Biden itu menandakan adanya perubahan dukungan, yakni dari dukungan tanpa syarat menjadi bersyarat.

Namun, Biden masih harus menghadapi penolakan dari pihak oposisi di DPR AS perihal penghentian pengiriman itu.

Sejak November 2023, HRW sudah mendesak adanya penghentian pengiriman senjata ke Israel dan kelompok bersenjata di Palestina.

Baru-baru ini Nikaragua lewat Mahkamah Internasional (ICJ) menggugat Jerman yang mengirimkan bantuan militer ke negara Zionis itu.

Beberapa sekutu Barat AS juga sudah mengubah kebijakan pengiriman senjata ke Israel.

Pada bulan Maret lalu Kanada mengumumkan akan berhenti mengirimkan senjata ke Israel. Italia dan Spanyol juga menghentikan izin ekspor senjata.

Sementara itu,  gugatan terhadap pemerintah Belanda membuat negara itu menghentikan penjualan suku cadang jet tempur F-35 ke Israel.

Kelompok masyarakat Jerman juga mengajukan gugatan serupa demi menghentikan penjualan senjata.

(Tribunnews/Febri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved