Konflik Palestina Vs Israel
Kala Hamas Setuju Gencatan Senjata, Warga Gaza Bersorak sedangkan Israel Masih Desak Evakuasi Rafah
Bisa dibilang kalau proposal gencatan senjaata itu rumit dan akan melibatkan tiga fase, yang masing-masing fase akan berlangsung selama enam minggu.
TRIBUNNEWS.COM - Hamas telah menyetujui proposal gencatan senjata, warga Palestina di seluruh Gaza bergegas turun ke jalan merayakannya.
Bagi penduduk di daerah kantong tersebut, kesepakatan ini dipandang sebagai harapan positif untuk menghentikan perang yang menghancurkan Gaza.
Namun, sebagian dari kegembiraan itu telah diredam oleh kenyataan bahwa kesepakatan ini hanya disetujui oleh satu pihak saja.
Jadi, meski banyak orang tetap optimis, warga Palestina tahu bahwa ini bukanlah akhir dari perang – terutama karena Israel terus menghujani bom.
Lalu, kesepakatan apa yang menurut Hamas disetujui?
Dikutip dari Al Jazeera, bisa dibilang kalau perjanjian tersebut rumit dan akan melibatkan tiga fase, yang masing-masing fase akan berlangsung selama enam minggu.
- Fase pertama
Pada fase pertama, akan ada penghentian sementara permusuhan antara Hamas dan Israel serta penarikan pasukan Israel ke timur, menjauh dari wilayah Gaza yang lebih padat penduduknya, dan menuju perbatasan antara Israel dan daerah kantong Palestina.
Pesawat dan drone Israel juga akan berhenti terbang di atas Gaza selama 10 jam setiap hari, dan selama 12 jam pada hari-hari ketika para tawanan dibebaskan.
Hamas secara bertahap akan membebaskan 33 tawanan (baik tawanan yang masih hidup atau sisa tawanan yang sudah meninggal) pada tahap pertama.
Yang ditawan adalah perempuan, siapa pun yang berusia di atas 50 tahun, mereka yang sakit, atau bukan tentara yang berusia di bawah 19 tahun.
Baca juga: Respons Israel, AS, Lebanon, Iran, Turki, Presiden Palestina setelah Hamas Setujui Gencatan Senjata
Untuk setiap tawanan warga sipil Israel yang dibebaskan hidup-hidup, Israel akan membebaskan 30 warga Palestina yang ditahannya.
Dan, untuk setiap tentara wanita yang dibebaskan Hamas, Israel akan membebaskan 50 warga Palestina.
Penarikan pasukan Israel akan memungkinkan warga sipil Palestina yang kehilangan tempat tinggal untuk kembali ke rumah mereka di Gaza, yang akan terjadi secara bertahap seiring pembebasan tawanan Hamas.
Secara terpisah, kesepakatan tersebut menetapkan bahwa pekerjaan rekonstruksi di Gaza harus dimulai pada fase ini.
Begitu pula aliran bantuan, dan bahwa UNRWA serta organisasi bantuan lainnya diizinkan bekerja untuk membantu warga sipil.
- Fase kedua
Pada fase kedua perjanjian, operasi militer akan dihentikan secara permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza.
Juga akan ada pertukaran tahanan lainnya, kali ini melibatkan seluruh pria Israel yang tersisa, termasuk tentara yang ditawan di Gaza.
Warga Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas jumlah tahanan Palestina yang belum ditentukan.
- Fase ketiga
Fase ketiga adalah pertukaran sisa-sisa tawanan dan tahanan yang ditahan oleh kedua belah pihak.
Baca juga: Israel Serang Rafah usai Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Pejuang Gaza Tembakkan Roket ke Israel
Dari sisi pembangunan, fase ini akan melibatkan rencana rekonstruksi Gaza untuk jangka waktu tiga hingga lima tahun.
Mungkin yang paling penting, diakhirinya blokade Israel terhadap wilayah tersebut.
Apa reaksi Israel?
Israel masih mendesak warga Palestina di Rafah timur untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Persiapan serangan darat masih terus berlanjut meski dikecam masyarakat internasional.
Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Israel tidak menganggap kesepakatan akan terjadi.
Tapi sekarang, seperti yang dikatakan oleh Wakil Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, keputusan ada di tangan Israel.
Israel menanggapinya dengan hati-hati.
Laporan awal di media Israel menyampaikan pesan bahwa kesepakatan yang disetujui Hamas bukanlah hal yang sedang didiskusikan Israel.
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir segera melalui media sosial menolak kesepakatan tersebut dan tetap menegaskan akan melancarkan invasi ke Rafah.
Seorang pejabat Israel yang berbicara kepada kantor berita Reuters menambahkan bahwa pengumuman Hamas tampaknya “adalah tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat seperti pihak yang menolak kesepakatan”.
Dan pada akhirnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kesepakatan itu tidak memenuhi tuntutan Israel.
Anggota keluarga tawanan yang ditahan di Gaza melakukan protes di Tel Aviv, menyerukan pemerintah untuk menerima kesepakatan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.