Kamis, 2 Oktober 2025

Makna menyeramkan di balik lagu pop propaganda Korea Utara yang banyak disukai Gen Z pengguna TikTok

Lagu yang menyanjung Kim Jong Un banyak disukai pengguna TikTok. Padahal, di balik lagu pop yang ceria itu terdapat sesuatu yang tersembunyi…

BBC Indonesia
Makna menyeramkan di balik lagu pop propaganda Korea Utara yang banyak disukai Gen Z pengguna TikTok 

Nadanya harus diatur dalam rentang vokal tertentu sehingga semua orang dapat menyanyikannya.

Tidak ada riff multi-oktaf meskipun Korea Utara mempunyai banyak penyanyi berbakat, kata Leonzini. Massa tidak bisa mengikuti olah vokal berlebihan sehingga yang rumit-rumit harus dihilangkan.

Kumpulan lagu propaganda jarang berisi lagu yang penuh emosi.

“Intinya adalah mereka ingin memotivasi bangsa untuk berjuang mencapai tujuan bersama demi kepentingan bangsa… mereka cenderung tidak memproduksi lagu-lagu seperti balada,” ujarnya.

Di Korea Utara tidak ada toleransi terhadap seni atau kreativitas di luar kendali negara. Musisi, pelukis, dan penulis yang menghasilkan karya hanya demi kepentingan seni dikategorikan melakukan tindakan ilegal.

“Semua hasil seni di Korea Utara harus memberikan pendidikan kelas bagi warganya dan lebih khusus mendidik mereka tentang mengapa mereka harus merasakan rasa syukur, rasa kesetiaan kepada partai,” papar Leonzini.

Pemerintah Korea Utara percaya pada “teori benih”, tambahnya. Artinya, setiap karya seni harus mengandung benih ideologis, sebuah pesan yang kemudian disebarluaskan secara massal.

Setiap pagi, warga Korea Utara bangun dari tidur dengan mendengarkan lagu-lagu propaganda yang dinyanyikan di alun-alun kota desa, kata para ahli.

Lembaran lagu dan lirik lagu terbaru dicetak di surat kabar dan majalah; biasanya mereka juga harus belajar menari, kata Keith Howard, profesor emeritus musikologi Korea Utara lainnya di SOAS University of London.

Saat mengunjungi Korut beberapa kali pada tahun 1990-an dan 2000-an, dia mengenang secara langsung bagaimana warga Korea Utara menyanyikan lagu-lagu mereka saat menyapa orang asing.

“Saat lagu sudah masuk ke dalam tubuh, lagu itu sudah menjadi bagian dari orang tersebut,” katanya.

“Jadi mereka mengetahui liriknya dengan baik, meskipun mereka hanya melakukan tindakan, meskipun mereka hanya mendengarkannya,” kata Howard tentang warga Korea Utara.

“Lagu ideologis yang bagus dapat mewujudkan hal itu – lagu perlu ditanamkan pesan."

Di luar Korea Utara, fenomena yang sama mungkin dapat diamati dengan lebih lucu di TikTok: Pengguna di negara Barat mengaku tidak bisa berhenti mendengarkan lagu "Friendly Father" dalam perjalanan ke kantor, mengerjakan pekerjaan rumah, atau di gym.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved