Kamis, 2 Oktober 2025

Festival Seks di Korsel Didemo Warga, Dianggap Rusak Moral

Panitia membayangkan 5.000 orang berbondong-bondong melihat aktor dan aktris porno Jepang favorit mereka.

Editor: Hasanudin Aco
Via BBC
Kelompok Suwon's Women's Hotline menilai industri seks mendorong kekerasan terhadap perempuan. 

Orang-orang yang lewat kemudian memasukkan tangan mereka ke dalam kardus dan menyentuh payudara perempuan itu.

Lee mengatakan ingin menantang sikap Korea terhadap seks dan pornografi.

"Pihak berwenang adalah orang-orang munafik. Jika orang-orang mengakses internet, mereka semua berbagi pornografi. Lalu mereka akan logout dan berpura-pura tidak bersalah. Berapa lama lagi kita akan terus berpura-pura seperti ini?"

Meskipun situs porno internasional populer tidak dapat diakses dari Korea Selatan, sebagian besar mengetahui cara menggunakan VPN untuk menyiasati pembatasan internet.

Suwon's Women's Hotline yang sejak awal memprotes festival seks tersebut menilai pembatalan acara itu sebagai sebuah "kemenangan".

“Terserah pihak penyelenggara mau bilang apa, tapi ini bukanlah perayaan seks. Ini eksploitasi dan objektifikasi perempuan. Industri seks mendorong kekerasan terhadap perempuan,” kata Go Eun-chae, direktur hotline yang menyediakan dukungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Go dan organisasi hak-hak perempuan lainnya di Korea berpendapat bahwa Korsel memiliki masalah kekerasan seksual yang segera memerlukan perhatian.

“Hal ini [kekerasan seksual] meresap dalam budaya kita,” katanya, seraya menambahkan bahwa laki-laki memiliki kesempatan tanpa batas untuk mengekspresikan seksualitas mereka tanpa memerlukan festival seks.

Bae Jeong-weon, dosen seksualitas dan budaya di Universitas Sejong, mengatakan salah satu masalah dengan festival ini adalah sebagian besar acaranya ditujukan untuk penonton laki-laki.

“Ada banyak kekerasan terhadap perempuan di sini, sehingga perempuan jauh lebih sensitif terhadap isu-isu eksploitasi,” katanya.

Dalam survei yang dilakukan Kementerian Gender pada tahun 2022, lebih dari sepertiga perempuan mengatakan mereka pernah mengalami agresi seksual.

“Di Korea Selatan kita mempunyai sejarah membicarakan seks secara negatif, dalam konteks kekerasan dan eksploitasi, bukan sebagai tindakan yang positif dan menyenangkan,” tambah Bae.

Di Gangnam, tempat festival tersebut akhirnya diadakan, sebagian besar warga muda di kawasan itu punya pendapat yang terbelah berdasarkan jenis kelamin mereka.

“Ini bukan pornografi dan mereka tidak melakukan sesuatu yang ilegal, jadi menurut saya [acara] itu tidak seharusnya dilarang,” kata Moon Jang-won, seorang karyawan perusahaan IT.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved