Sabtu, 4 Oktober 2025

Setengah dari seluruh kota besar di China tenggelam, apa sebabnya?

Hampir separuh dari seluruh kota-kota besar di China tenggelam karena pengambilan air tanah berlebihan dan peningkatan beban ekspansi…

BBC Indonesia
Setengah dari seluruh kota besar di China tenggelam, apa sebabnya? 

Di China, tim peneliti mampu mengaitkan pengambilan air dari lebih dari 1.600 sumur pemantauan dengan peningkatan taraf penurunan permukaan tanah.

“Pengambilan air, menurut saya, mungkin merupakan alasan yang dominan,” kata Prof Robert Nicholls, dari Universitas East Anglia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Di Tiongkok, banyak orang yang tinggal di wilayah yang baru saja mengalami sedimentasi, secara geologis. Jadi, ketika air tanah diambil atau tanah dikeringkan, tanah cenderung tenggelam."

Faktor lainnya: Sistem transportasi perkotaan dan tambang batubara

Faktor lain yang mempengaruhi penurunan permukaan tanah adalah sistem transportasi perkotaan serta penambangan mineral dan batu bara.

Di wilayah utara Pingdingshan, salah satu kawasan penghasil batubara terbesar di China, penurunan permukaan tanah terjadi dengan sangat cepat, yaitu sebesar 109 mm per tahun.

Para penulis studi tersebut mengatakan bahwa ancaman besar di masa depan adalah banjir yang melanda kawasan perkotaan. Ini merupakan kombinasi penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim.

Pada 2020, sekitar 6% wilayah Tiongkok memiliki ketinggian relatif di bawah permukaan laut. Dalam waktu 100 tahun, jumlah ini dapat meningkat hingga 26% dari luas negara China dalam skenario emisi karbon menengah hingga tinggi.

Para peneliti mengatakan daratan tenggelam lebih cepat dibandingkan kenaikan permukaan air laut. Namun jika digabungkan, ratusan juta orang berisiko terkena banjir.

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat strategi efektif yang dapat mengatasi penurunan tanah.

Khalayak dapat belajar dari kota-kota besar di Asia, termasuk Osaka dan Tokyo di Jepang, yang mengalami penurunan tanah pada masa lalu.

“Tokyo mengalami penurunan tanah hingga lima meter di sekitar kawasan pelabuhan pada abad ke-20,” papar Prof Nicholls.

“Tetapi pada tahun 1970-an, mereka menyediakan air pipa yang baik dari daerah lain dan mereka juga memberlakukan undang-undang yang menyatakan bahwa warga tidak boleh menggunakan air sumur. Langkah tersebut menghentikan penurunan permukaan tanah.”

Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Science.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved