Cegah Serangan Teror ISIS, Prancis Naikkan Status Keamanan ke Level Tertinggi
Pejabat Prancis sepakat untuk meningkatkan status peringatan keamanan teror ke level tertinggi, menyusul tragedi penembakan berdarah di Moskow
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Pejabat Prancis sepakat untuk meningkatkan status peringatan keamanan teror ke level tertinggi, menyusul terjadinya tragedi penembakan berdarah di Moskow pada akhir pekan lalu.
Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal dalam cuitan di platform X menjelaskan peningkatan status keamanan resmi disahkan setelah pejabat negara menggelar pertemuan tatap muka dengan pejabat senior keamanan dan pertahanan serta Presiden Emmanuel Macron.
Baca juga: Pemerintah Kutuk Serangan di Moskow, Menko Polhukam: Tindakan Tak Beradab
Adapun kebijakan ini diambil sebagai antisipasi karena Paris dalam waktu dekat tepatnya pada Juli mendatang akan menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas bernama Games of the XXXIII Olympiad, yang diperkirakan akan menarik jutaan pengunjung ke negara tersebut.
"Mengingat klaim tanggung jawab ISIS atas serangan tersebut dan ancaman yang membebani negara kami, kami memutuskan untuk meningkatkan sikap Vigipirate ke level tertinggi: Darurat serangan," tulis Attal dalam postingan di X.
Sistem peringatan Prancis sendiri memiliki tiga tingkatan. Tingkat "darurat serangan" diaktifkan apabila terjadi serangan besar di Prancis maupun di luar negeri, atau saat ancaman serangan dianggap sudah begitu dekat.
Dengan aktifnya level keamanan tingkat tertinggi, memungkinkan pemerintah Paris menerjunkan pasukan keamanan dan angkatan bersenjata untuk melakukan peningkatan patroli di tempat-tempat umum seperti stasiun kereta api, bandara, dan tempat keagamaan, dikutip dari France 24.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Mengutuk Aksi Teror di Moskow Rusia
Prancis Jadi Target Serangan Teror ISIS
Langkah ini diambil Prancis setelah berulang kali dilanda serangan jihad yang mematikan, termasuk pembantaian di gedung konser Bataclan pada tahun 2015 di mana para ekstremis menembaki dan menyandera penonton konser selama berjam-jam hingga 12 orang dinyatakan tewas dalam insiden itu,
Seorang kolumnis untuk harian The New York Observer, John Schindler, menjelaskan beberapa faktor penyebab mengapa Paris dijadikan sebagai sasaran kekerasan ISIS. Alasan pertama karena ISIS berulangkali memandang Paris sebagai "ibu kota prostitusi dan kemaksiatan".
Kemungkinan lain yang membuat Perancis menjadi sasaran utama adalah keputusan Presiden Francois Hollande bergabung dengan koalisi anti-ISIS pimpinan AS. Serangkaian alasan tersebut yang membuat ISIS gencar melakukan serangan ke wilayah Prancis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.