Inilah Kisah Para Aktivis HAM yang Memilih Bertahan di Rusia: "Ini Soal Martabat"
Beberapa aktivis hak asasi manusia tetap berada di Rusia meskipun ada penindasan Kremlin dan kesewenang-wenangan. Masa depan seperti…
Setelah satu setengah tahun mengamati persidangan, Panina merasakan kelelahan batin. Tapi dia tidak berpikir untuk menyerah. Hidung badutnya yang tadinya bersinar kini berubah menjadi hitam sejak berita kematian Alexei Navalny.
"Bagi saya, tinggal di Rusia adalah sebuah masalah martabat. Ada aktivis hak asasi manusia di negara ini yang telah membela saya sejak penangkapan pertama saya. Saya tidak bisa pergi begitu saja sementara mereka terus bekerja keras di sini dengan risiko yang semakin besar,” katanya.
Natalja: Bantuan untuk pengungsi dari Ukraina
Sejak hari pertama invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, Natalya (bukan nama sebenarnya) menyambut teman-teman dari Ukraina di rumahnya di St. Petersburg.
Saat berbicara dengan mereka, ia menyadari bahwa ratusan ribu pengungsi Ukraina menghadapi masalah serupa. Itu sebabnya dia memutuskan untuk bergabung dengan para aktivis.
Bersama-sama mereka membantu mendistribusikan sumbangan dalam bentuk barang kepada para pengungsi dan mendukung orang-orang mencari dokter dan psikolog.
"Pengungsi dari Ukraina menerima uang satu kali sebesar 10.000 rubel (sekitar 1,6 juta Rupiah) di Rusia dan kemudian harus mengurus diri mereka sendiri,” kata Natalja.
Menurutnya, para pensiunan adalah pihak yang paling menderita. Hanya sedikit yang berhasil mendapatkan pensiun bulanan sekitar 10.000 rubel (sekitar 1,6 juta Rupiah).
Namun, arus pengungsi ke Rusia telah menurun dalam dua tahun terakhir, begitu pula jumlah sumbangannya.
Pada saat yang bersamaan, para lansia dan penyandang disabilitas dari wilayah garis depan terus dibawa ke Rusia, terkadang dengan ambulans.
Selama dua tahun terakhir, Natalja juga menghabiskan uangnya sendiri untuk membayar kebutuhan para pengungsi.
"Saya lebih suka membayar obat untuk anak yang sakit atau membeli sepatu ukuran 42 daripada membeli baju atau parfum baru,” katanya.
Natalya tidak berpikir untuk meninggalkan Rusia, meskipun dia tidak setuju dengan kebijakan pemerintah Rusia.
Dia mengatakan bahwa kekuatan dan harapannya hampir habis, tetapi "selama masih ada kehidupan" dia tidak akan "berbaring di kuburan".
Anton : Pembela bidang administrasi
Anton Aptekar, 27 tahun, juga telah berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia sejak Maret 2022. Saat itu, pengadilan Rusia menjatuhkan hukuman besar-besaran bagi mereka yang berpartisipasi dalam protes dan aksi antiperang.
Aptekar mengatakan sulit mengukur keberhasilan kasusnya. Ia meminta kompensasi atas pemenjaraan palsu bagi beberapa kliennya. Sebagian besar kliennya dinyatakan bersalah karena "mendiskreditkan tentara" atau melanggar aturan mengadakan rapat umum, namun hanya dikenai denda minimal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.