Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Jatuhkan Sanksi kepada 18 WN Inggris, Mulai dari Pejabat, Sejarawan, hingga Akademisi

Sanksi pribadi dijatuhkan terhadap 18 warga negara Inggris, di antaranya termasuk pejabat, akademisi, pakar Kremlin.

Gavriil GRIGOROV / POOL / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan wawancara kepada pembawa acara talk show AS Tucker Carlson di Kremlin di Moskow pada 6 Februari 2024. Sanksi pribadi dijatuhkan terhadap 18 warga negara Inggris, di antaranya termasuk pejabat, akademisi, pakar Kremlin. 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah menjatuhkan sanksi terhadap 18 warga negara Inggris, di antaranya pejabat, akademisi, pakar Kremlin atas upaya menjelek-jelekkan Moskow dan (menyebut Rusia) mengobarkan perang di Ukraina.

Dikutip dari The Guardian, sanksi pribadi dijatuhkan kepada Wakil Menteri Pertahanan James Cartlidge, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Sarah MacIntosh, Direktur Kapal Selam Simon Asquit.

Warga negara Inggris lainnya yang menjadi sasaran termasuk Stuart Peach, utusan khusus Perdana Menteri Inggris untuk Balkan Barat, serta Lords Dan Hannan dan Michael Ashcroft.

Para akademisi atau sejarawan yang terkena sanksi termasuk sejarawan Orlando Figes, Norman Davies, Timothy Garton Ash, Rob Johnson, David Abulafia.

Lalu, para ahli termasuk Roy Allison dari Universitas Oxford, Graeme Robertson dari Universitas North Carolina, Calder Walton dari Universitas Harvard dan James Sherr dari Universitas Harvard Pusat Pertahanan & Keamanan Internasional di Tallinn.

"Kami terpaksa menyatakan bahwa perwakilan Inggris yang dituduh melakukan Russofobia tidak segan-segan mencoba mendiskreditkan sistem konstitusional dan proses sosial-politik di negara kami,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Senin (12/2/2024), dikutip dari Al Jazeera.

“Apa yang disebut brain trust, yang beroperasi di lembaga pendidikan terbesar di Inggris dan Barat, memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya subversif London ke arah Rusia," urai kementerian.

Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengatakan strategi Inggris terhadap Ukraina telah menyebabkan peningkatan korban jiwa dalam perang tersebut.

“Dengan mendorong rezim (Presiden Ukraina, Volodymyr) Zelensky untuk melanjutkan pertumpahan darah, Inggris harus menyadari bahwa, bersama dengan neo-Nazi Ukraina, mereka juga memikul tanggung jawab atas kejahatan terhadap warga sipil,” lanjut kementerian tersebut.

Belum ada komentar langsung dari pemerintah Inggris.

Inggris telah memberikan bantuan militer dan keuangan ke Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.

Baca juga: Intel Rusia Sebut Ukraina akan Dikendalikan Raja Muda Barat, Waspadai Pengkhianatan Elit Kiev

Pada bulan Januari, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan negaranya akan meningkatkan bantuan militernya ke Ukraina menjadi 2,5 miliar pound ($3,15 miliar).

Angka ini meningkat sebesar 200 juta pound ($252 juta) dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Sunak dan Zelensky juga menandatangani perjanjian keamanan yang menurut pemimpin Ukraina akan tetap berlaku sampai Kyiv bergabung dengan aliansi militer NATO.

Ukraina telah memperjuangkan prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi selama dua tahun, kata Sunak dalam sebuah pernyataan pada bulan Januari.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved