Konflik Palestina Vs Israel
'Benteng Terakhir' Hamas Akan Diserang Israel, PBB Cemas: Akan Perburuk Bencana Kemanusiaan
PBB mengkhawatirkan adanya potensi serangan Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza.
Ucapan Netanyahu itu keluar beberapa jam setelah Hamas menyodorkan syarat-syarat dalam usulan gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar.
Syarat itu di antaranya pertukaran warga Palestina yang ditahan dengan warga Israel yang disandera dan pembangunan kembali Gaza yang hancur karena serangan Israel.
Hamas juga ingin Israel menarik mundur seluruh pasukannya.
Kelompok itu mengusulkan rencana gencatan senjata yang terdiri atas tiga tahap. Masing-masing berlangsung selama 45 hari.
Namun, Netanyahu tetap bersikeras akan meneruskan perang hingga mendapat “kemenangan total” atas Hamas.
“Malam ini saya datang untuk memberi tahu kalian satu hal: Kita berada di jalan menuju kemenangan besar,” kata Netanyahu.
Baca juga: Israel Mengabaikan Peringatan Akan Ada Operasi Banjir Al-Aqsa, Begini Kata Kepala Keamanan Nova
“Kemenangan sudah dekat. Bukan dalam hitungan tahun, tetapi bulan.”
Dia mengaku telah memerintahkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk bersiap menjalan operasi militer di Rafah.
Rafah sebelumnya dirancang oleh tentara Israel sebagai zona aman bagi warga Palestina. Lebih dari setengah warga Gaza mengevakuasi diri ke sana.
Pada hari yang sama Netanyahu bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Yerusalem.
Kepada Blinken, Netanyahu berkata bahwa setelah Hamas “dilenyapkan”, Gaza harus dimiliterisasi guna memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman keamanan bagi Israel.
“Itu artinya Israel akan tetap di Gaza,” kata Netanyahu.
Di samping itu, Netanyahu kembali meminta badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA, ditutup.
AS: Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan
Sementara itu, Blinken mengatakan masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan demi mewujudkan gencatans senjata di Gaza.
Hal itu disampaikan Blinken setelah Hamas menanggapi usulan gencatan senjata.
“Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi kami sangat berfokus melakukan pekerjaan itu, dan berharap bisa melanjutkan pembebasan sandera yang terhenti,” kata Blinken pada hari Rabu di Yerusalem saat bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, dikutip dari Al Jazeera.
(Tribunnews/Febri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.