Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Warga Gaza Dilanda Kelaparan Akut Jika Perang Israel-Hamas Tak Segera Berakhir

Risiko kelaparan warga Gaza makin meningkat di wilayah kantong warga yang terkepung tentara Israel di tengah minimnya pasokan pangan.

Arab News
Warga Gaza berebut makanan yang dibagikan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Pembatasan akses terhadap makanan selama berminggu-minggu di Jalur Gaza oleh tentara Israel telah mencapai puncaknya dengan kelaparan parah di kalangan warga Gaza termasuk yang berada di pengungsian.

Kondisi ini juga meningkatnya risiko kelaparan di wilayah kantong warga Gaza yang terkepung tentara Israel.

Sejak awal Oktober, serangan Israel di Gaza telah merusak toko roti dan gudang makanan setempat, serta jalan yang digunakan untuk mengangkut bantuan kemanusiaan.

Blokade total Israel di wilayah kantong tersebut juga telah membatasi masuknya makanan, air, dan bahan bakar.

Isi Laporan IPC tentang Gaza

Lebih dari 90 persen dari sekitar 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi, menurut laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) pada Senin (25/12/2023).

Sebelumnya, IPC juga melaporkan bahwa 2,08 juta orang di Gaza menghadapi “kerawanan pangan akut” yang dapat diklasifikasikan dalam risiko fase tiga atau lebih tinggi dari organisasi tersebut.

IPC mempunyai lima fase kerawanan pangan akut, mulai dari tidak ada (fase satu) hingga bencana atau kelaparan (fase lima). Fase tiga dan lima dianggap krisis dan darurat.

Baca juga: Israel Ingin Turunkan Intensitas Serangan di Gaza Akhir Januari, AS Minta Ubah Taktik

Kerawanan pangan akut merupakan fenomena jangka pendek dan cenderung berasal dari guncangan yang tidak biasa atau akibat ulah manusia, jika dibandingkan dengan kerawanan pangan “kronis”, yang bersifat jangka panjang dan merupakan akibat dari tidak mencukupinya sarana penghidupan.

Antara Desember 2023 hingga Februari tahun depan, seluruh penduduk Gaza diperkirakan akan berada pada tahap ketiga atau lebih, menurut laporan yang didukung PBB.

Baca juga: AS Tolak Permintaan Heli Apache Terbaru oleh Israel, Pengiriman Amunisi Tank Dipercepat

Jika perang saat ini dan terbatasnya bantuan terus berlanjut, Gaza juga berisiko mengalami kelaparan pada awal Februari. Definisi kelaparan menurut IPC adalah ketika setidaknya 20 persen populasi di suatu wilayah berada pada fase lima kerawanan pangan akut.

Akses Pangan di Gaza

Keluarga-keluarga di Gaza harus menghadapi penurunan kualitas dan kuantitas makanan, serta ketidakmampuan memasak makanan karena kekurangan bahan bakar.

Menghabiskan satu hari tanpa makan apa pun sudah menjadi hal biasa.

Pada awal Desember, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa sembilan dari 10 orang di wilayah kantong tersebut melewatkan waktu makan dalam jangka waktu lama.

Kelompok rentan gizi seperti perempuan hamil mempunyai risiko yang lebih tinggi, sementara pasokan susu formula dan susu bayi sangat terbatas bagi balita yang bergantung pada susu tersebut.

Baca juga: Boncos Ratusan Tanknya Dihajar Hamas, Anggaran Militer Netanyahu Bengkak Jadi Rp 113 Triliun

“Bahkan menyiapkan makanan pun memerlukan alternatif pengganti gas untuk memasak, dan selain menggunakan kayu bakar atau karton, setidaknya 13 persen pengungsi terpaksa membakar sampah,” kata WFP.

Kelaparan juga meningkat dengan cepat sejak gencatan senjata singkat berakhir pada awal Desember.

Hanya 12 hari setelah program tersebut berakhir, WFP menemukan setidaknya setengah dari pengungsi internal yang disurvei mengenal seseorang yang terpaksa mengonsumsi daging mentah.

Akses terhadap air juga langka, dengan kurang dari dua liter (0,5 galon) yang tersedia untuk setiap orang per hari, jauh dari kebutuhan 15 liter untuk bertahan hidup, menurut WFP.

Bantuan Pangan yang Masuk ke Gaza

Sejak 7 Oktober 2023, jumlah truk yang membawa makanan yang memasuki Gaza dalam sebulan turun lebih dari setengahnya, dibandingkan dengan setidaknya 10.000 truk sebelum perang.

Selama dua bulan berlangsungnya perang, WFP melaporkan hanya 1.249 truk yang membawa bantuan makanan mencapai Gaza.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB juga melaporkan selama 70 hari pertama perang, hanya 10 persen makanan yang dibutuhkan.

Pada puncak pasokan bantuan selama gencatan senjata yang berlangsung dari 24 November hingga 1 Desember, sekitar 200 truk masuk setiap hari.

Baca juga: Houthi Yaman Ancam Tenggelamkan Kapal Perang AS yang Kawal Kapal Kargo di Laut Merah

Sementara WFP hanya mampu menjangkau sekitar 10 persen penduduk Gaza dengan bantuan makanan dalam bentuk barang dan uang tunai.

Sekalipun bantuan pangan telah disalurkan, akses terhadap jumlah yang cukup belum dapat diperoleh.

Hal itu terlihat dari banyaknya pengungsi di kamp Jabalia, Gaza yang harus mengantri selama 10 jam, dan terkadang masih pulang ke rumah dengan tangan kosong.

“Karena semakin banyak penduduk Gaza yang terpaksa mengungsi ke tempat penampungan di wilayah selatan, yang juga mengalami pemboman intensif, persaingan untuk mendapatkan makanan diperkirakan akan meningkat,” kata IPC.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved