Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Korban Tewas Akibat Perang Israel-Hamas Tembus 20.000 Orang Saat DK PBB Tunda Pemungutan Suara

Sebanyak 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita menjadi korban pembunuhan yang dilakukan tentara Israel.

Akun X Aljazeera
Serangan udara Israel di Rafah, Gaza Selatan terekam kamera jurnalis Aljazeera saat tengah melakukan siaran langsung, Rabu (20/12/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Setidaknya 20.000 orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza sejak Israel mulai membombardir daerah kantong tersebut lebih dari 10 minggu lalu.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita menjadi korban pembunuhan yang dilakukan tentara Israel.

Meningkatnya jumlah korban tewas ini terjadi ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) menunda pemungutan suara penting mengenai upaya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza guna menghindari veto dari Amerika Serikat (AS), yang biasanya melindungi sekutunya Israel dari tindakan PBB.

AS dan Israel kompak menentang gencatan senjata karena yakin gencatan senjata hanya akan menguntungkan kelompok militan Palestina Hamas.

Baca juga: Hamas Rilis Video Rakit Senapan Ghoul, Punya Jangkauan Jarak Jauh, Jadi Mimpi Buruk Tentara Israel

Washington justru mendukung jeda dalam pertempuran untuk melindungi warga sipil dan memungkinkan pembebasan tawanan yang diambil oleh Hamas.

Ketika ditanya tentang jumlah korban tewas yang terus bertambah, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperkirakan konflik akan berlanjut dan perlu dipindahkan ke fase intensitas yang lebih rendah.

“Kami berharap dan ingin melihat peralihan ke operasi Israel yang lebih bertarget dengan jumlah pasukan yang lebih kecil yang benar-benar fokus menangani kepemimpinan Hamas, jaringan terowongan, dan beberapa hal penting lainnya,” kata Blinken.

“Dan ketika hal itu terjadi, saya pikir Anda juga akan melihat bahwa kerugian yang ditimbulkan terhadap warga sipil juga berkurang secara signifikan,” sambungnya.

Pemimpin Hamas Kunjungi Mesir

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh kembali mengunjungi Mesir untuk membahas gencatan senjata.

Haniyeh terakhir kali melakukan perjalanan ke Mesir pada awal November lalu sebelum pengumuman satu-satunya jeda dalam pertempuran sejauh ini, yaitu gencatan senjata selama seminggu yang memutuskan pembebasan sekitar 110 dari 240 tawanan yang dibawa oleh Hamas ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

Pemimpin Hamas itu tiba di Kairo ibukota Mesir pada Rabu (20/12/2023) untuk bertemu dengan pihak berwenang Mesir dan pejabat lainnya yang bertindak sebagai mediator utama.

Di sisi lain, para pejabat Israel dalam pembicaraan dengan perwakilan AS dan Qatar telah mengindikasikan bahwa mereka terbuka terhadap gencatan senjata.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved