Sabtu, 4 Oktober 2025

BPOM diduga terlibat kasus gagal ginjal akut, Keluarga korban: 'Kami harap mereka membusuk di penjara'

Sejumlah keluarga korban anak gagal ginjal akut mendesak Bareskrim Polri segera menyeret pihak yang bertanggung jawab atas peredaran…

BBC Indonesia
BPOM diduga terlibat kasus gagal ginjal akut, Keluarga korban: 'Kami harap mereka membusuk di penjara' 

"Hukum secara maksimal sebagai efek jera agar ke depan pembuat kebijakan sadar berharganya nyawa manusia," ujar Safitri dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/12).

Safitri kehilangan anak laki-lakinya pada Oktober 2022 silam karena menderita gagal ginjal akut progresif atipikal.

Kasus anaknya bermula dari demam yang berulang pada 26 September tahun lalu, hingga dokter menyatakan sang anak menderita gagal ginjal akut progresif atipikak pada 5 Oktober 2022.

Sepuluh hari kemudian, kondisi anaknya memburuk.

Di sekujur tubuh tertempel berbagai alat medis untuk menunjang hidup sang anak karena seluruh organnya meradang dan terinfeksi racun yang tersumbat di saluran kemih.

Safitri bercerita, anaknya terus mengalami pendarahan. Saraf pada matanya juga tak berfungsi.

Sampai akhirnya Hegar tak bisa diselamatkan.

Safitri terang-terangan menyebut peristiwa ini sebagai "kejahatan besar" karena ada pihak-pihak yang disebutnya lalai.

"Di titik ini saya mau menyebut anak saya dibunuh oleh sistem."

"Karena kesalahannya jelas tidak perlu orang dengan keilmuan tinggi melihat bagaimana kasus ini terjadi. Ingat kejadian ini akan berulang kalau sistem tidak diperbaiki."

Orang tua korban: 'Santunan tidak pernah ada'

Desi Permatasari, ibu dari Sheena - bocah berusia enam tahun yang menderita gangguan gainjal akut progresif atipikal - juga masih menagih keadilan untuk buah hatinya.

Ia ingin pejabat yang bertanggung jawab di BPOM dihukum setimpal bahkan kalau perlu katanya, dipenjara seumur hidup agar merasakan apa yang ia alami.

Sebab meski sudah setahun berlalu, kondisi anak perempuannya tak berubah. Sang anak divonis tidak akan bisa hidup normal di usianya.

"Setidaknya mereka merasakan bagaimana perasaan terpisah dari anak, bagaimana rasanya tidur tidak enak, makan tidak enak karena 24 jam kami orang tua berjuang menjaga anak kami," ujar Desi dalam konferensi pers di Jakarta.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved