Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Eks-Wakasad Israel: Kami Tak Akan Berhasil Melenyapkan Hamas Maupun Hizbullah di Perang Gaza

Tentara Israel (IDF) tidak akan mampu melenyapkan Hamas maupun Hizbullah dalam perang Gaza tersebut.

Ahikam SERI / AFP
--FOTO DIAMBIL SELAMA TUR TERKONTROL DAN SELANJUTNYA DIEDIT DI BAWAH PENGAWASAN MILITER ISRAEL-- Pasukan Israel berpatroli di sepanjang jalan selama operasi militer di Jalur Gaza utara di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, pada 22 November , 2023. 

Eks-Wakasad Israel: Kami Tak AKan Berhasil Melenyapkan Hamas Maupun Hizbullah di Perang Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Yair Golan, mengutarakan penilaiannya terkait perang Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas dan gerakan lainnya.

Menurut dia, Tentara Israel (IDF) tidak akan mampu melenyapkan Hamas maupun Hizbullah dalam perang Gaza tersebut.

Pernyataan Golan diterbitkan surat kabar Israel, Haaretz, Jumat (8/12/2023), yang melaporkan kalau dia berupaya untuk mendirikan partai Zionis sayap kiri baru.

Baca juga: Pasukan Khusus Israel Rontok Disergap Brigade Al-Qassam: Senjata Sampai Alat Komunikasi Direbut

Dalam laporan tersebut, Golan melontarkan kritik terhadap dua dari beberapa partai utama di Israel dengan menyebut ketua partai Persatuan Nasional Israel, Benny Gantz, dan partai Yesh Atid, Yair Lapid, sebagai “pusat ekstrem”.

Hal itu merujuk pada sikap dua partai sayap kanan tersebut yang getol menyuarakan agar perang Gaza terus dilanjutkan sampai Hamas benar-benar habis.

Tapi Golan menyanggah hal itu dengan mengatakan:

“Kekuasaan Hamas tidak akan (bisa) dilenyapkan, setidaknya tidak dalam waktu dekat. Tekanan terhadap Hamas tidak akan cukup untuk menghancurkan kekuatan mereka sepenuhnya."

Dia juga menyoroti kemajuan agresi militer tentara Israel sejauh ini yang terbukti belum mampu melemahkan Hamas dan milisi lain Palestina.

"Dan karena tidak ada drama militer yang diperkirakan terjadi di sini, kita perlu fokus pada pembebasan para tawanan, mencegah masuknya perlengkapan tempur ke Gaza dan memberikan respons terhadap kebutuhan kemanusiaan di Jalur Gaza. Hal ini tidak berarti bahwa setelah tujuan tersebut tercapai, kampanye (agresi memerangi musuh) berakhir,” kata dia.

Dia menyinggung klaim kalau tentara Israel menguasai Jalur Gaza utara, meskipun masih menghadapi perlawanan milisi di wilayah ini:

“Dua kondisi yang menguntungkan menjadi latar belakang pencapaian di utara: evakuasi sebagian besar penduduk dan memahami kontesk kalau sebagian besar korban penculikan sudah tidak ada lagi (di sana)l,” katanya.

Gambar yang diambil dari Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza ini menunjukkan asap mengepul setelah serangan Israel di Gaza utara pada 23 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (Photo by John MACDOUGALL / AFP)
Gambar yang diambil dari Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza ini menunjukkan asap mengepul setelah serangan Israel di Gaza utara pada 23 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (Photo by John MACDOUGALL / AFP) (AFP/JOHN MACDOUGALL)

Golan menambahkan:

“Israel mampu menghapuskan pemerintahan Hamas? Ya. Tapi apakah kita punya waktu lebih dari beberapa minggu untuk melanjutkan operasi tanpa perlawanan keras dari Amerika? Tampaknya tidak, dan kami tidak bertindak dalam ruang hampa. Kami perlu mempertahankan tekanan ofensif secara konstan. Saya akan membandingkannya dengan Operasi Perisai Pertahanan [2002, Tepi Barat], yang berlangsung selama enam minggu dan setelah itu kami terus beroperasi di Tepi Barat selama lima tahun berikutnya,” kata dia menyinggung kalau keberatan AS atas cara-cara Israel di Gaza makin kencang.

Golan sebelumnya menyatakan bahwa Israel harus mencari penyelesaian dengan Hamas.

“Saya mengatakan sesuatu yang sangat sederhana, yaitu kita tidak bisa tetap diam. Gagasan bahwa Anda membekukan sejarah dan mengubahnya menjadi status quo abadi telah gagal. Teori manajemen konflik telah runtuh,” kata dia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved