Pilpres Rusia Digelar 17 Maret 2024, Analis: Tidak Ada yang Bisa Melawan Putin
Vladimir Putin diprediksi akan memenangkan Pilpres 2024 tanpa ada lawan. Tokoh oposisi Rusia memiliki sejarah dipenjara hingga tewas misterius.
Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya mengatakan kepada CNBC bahwa di Rusia terdapat politisi dengan pandangan dan posisi berbeda.

Baca juga: Usai Kunjungi Arab Saudi, Putin Undang Putra Mahkota Mohammed bin Salman ke Rusia
Tetapi Kremlin memperkirakan Putin akan memenangkan pemilu apa pun.
September lalu, Peskov mengatakan bahwa jika Putin memutuskan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun 2024, maka jelas bahwa tidak akan ada persaingan nyata untuk mendapatkan kursi presiden pada tahap saat ini.
Rusia masih berusaha mempertahankan kedok pluralisme politik.
Namun meskipun terdapat partai-partai “oposisi” di negara tersebut, mereka dipandang sebagai bagian dari “oposisi sistemik.”
Ini berarti bahwa partai-partai politik yang terdaftar seperti Partai Komunis, Partai Demokrat Liberal atau A Just Russia – for Truth, secara teoritis memang merupakan bagian dari oposisi.
Namun pada kenyataannya, mereka mendukung pemerintah dan semakin menyetujui sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
Sementara itu, tokoh oposisi terkemuka Rusia sekaligus kritikus Kremlin, seperti Alexei Navalny dan Vladimir Kara-Murza hanyalah beberapa nama terkenal dalam daftar penentangnya.
Mereka pun dipenjara atau meninggalkan Rusia karena penganiayaan politik.
Ada pula pihak oposisi lainnya tewas secara misterius, seperti Yevgeny Prigozhin, pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada bulan Agustus.
Para analis yakin ada kemungkinan besar bahwa Prigozhin dibunuh akibat kritiknya terhadap kepemimpinan politik dan militer Rusia.

Baca juga: Presiden Putin Kunjungi UEA dan Arab Saudi
Kremlin dengan keras menyangkal keterlibatan apa pun dalam kematian Prigozhin.
“Pemilu mendatang tidak akan mengubah apa pun,” kata Sergei Medvedev, seorang akademisi, sejarawan, dan penulis terkemuka Rusia.
“Tidak ada pluralitas politik di Rusia, bayangkan saja negara-negara seperti Iran dan Korea Utara yang situasinya serupa."
"Di kalangan elite, mungkin ada perbedaan pendapat, tapi sebenarnya tidak ada perbedaan politik,” ujarnya kepada CNBC.
“Kaum elit benar-benar bungkam dan takut, terutama setelah pembunuhan Prigozhin."
"Jadi saya tidak akan mengatakan ada aktor penting di lapangan, secara regional atau di kalangan elit yang menentang Putin."
"Yang ada hanyalah kediktatoran yang terkonsolidasi saat ini."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.