Konflik Palestina Vs Israel
Israel Kembali Lancarkan Serangan ke Gaza, Hizbullah: AS Pengambil Keputusan dalam Masalah Ini
Hizbullah menyebut Israel melanjutkan agresinya di Gaza atas keputusan Amerika Serikat.
TRIBUNNEWS.COM - Israel melanjutkan agresinya di Gaza atas keputusan Amerika Serikat (AS).
Hal ini disampaikan oleh Wakil ketua dewan eksekutif Hizbullah, Ali Damush.
“Perang ini sejak awal adalah perang Amerika melawan rakyat Palestina, dan semua posisi Amerika serta jalannya peristiwa menunjukkan bahwa Amerika bukan hanya mitra, namun juga pengambil keputusan dalam masalah ini,” katanya dalam sebuah pernyataan, Jumat (1/12/2023), dilansir Al Jazeera.
Ali Damush menyebut, agresi dan Israel adalah alat yang mengimplementasikan keputusan AS.
“Perlawanan di Gaza dan di seluruh wilayah tidak akan membiarkan Israel mencapai tujuan mereka dalam perang ini dan tidak akan membiarkan Amerika dan Israel menguasai wilayah tersebut," jelasnya.
Baca juga: 32 Warga Gaza Tewas oleh Jet Tempur Israel, Hanya Berselang 2 Jam Pasca Gencatan Senjata Berakhir
Pertempuran di Gaza Berlanjut
Pesawat tempur Israel telah menyerang sasaran di Gaza setelah gencatan senjata tujuh hari berakhir.
Israel melancarkan serangan di sebagian besar wilayah yang menurut pejabat kesehatan di wilayah tersebut telah menewaskan 35 orang.
Ledakan keras dan terus menerus terdengar dari Gaza dan asap hitam mengepul dari wilayah tersebut.
Baik Israel maupun Hamas belum mengumumkan perpanjangan gencatan senjata.
Keduanya telah berulang kali mengatakan dalam 24 jam sebelumnya bahwa pasukan mereka siap untuk melanjutkan pertempuran.
Militer Israel mengumumkan pada Jumat pagi bahwa mereka membagi keseluruhan Gaza menjadi puluhan blok bernomor sebagai awal, untuk menuntut evakuasi lokal yang ditargetkan di wilayah selatan Jalur Gaza yang ramai sebelum pemboman yang direncanakan.
Baca juga: Gaza Kembali Membara, Pasukan Martir Omar Al-Qassem Beraksi, Sirene Meraung di Permukiman Israel

Kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan pada hari Jumat bahwa rencana untuk memecah belah dan menyerang wilayah selatan, tempat 2 juta orang berlindung, berisiko membuat Gaza mencapai titik puncaknya.
“Pada dasarnya tidak ada tempat bagi orang-orang untuk pergi,” kata Danila Zizi, manajer lembaga amal Kemanusiaan dan Inklusi di Palestina, Jumat, dikutip dari The Guardian.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, 32 orang tewas dalam tiga jam pertama setelah kembali dimulainya perang.
Puluhan orang lainnya terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Tipu Muslihat Israel: Minta Warga Khan Younis Mengungsi ke Rafah, Sesampai Sana Mereka Dibombardir
Sementara, Israel menyalahkan Hamas karena melanggar gencatan senjata dengan rentetan roket dari Gaza yang ditujukan ke Israel selatan sesaat sebelum gencatan senjata berakhir pada Jumat pukul 07.00 pagi.
“Hamas melanggar jeda operasional, dan sebagai tambahan, menembak ke arah wilayah Israel,” kata militer Israel dalam sebuah postingan di X.
Sebagai informasi, gencatan senjata tersebut menghentikan pertempuran yang dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas menerobos pagar pembatas Gaza ke Israel.
Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan mendadak itu.

Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas sebagai tanggapannya dan memulai kampanye militer udara dan darat di Gaza yang menurut pemerintah Hamas di sana telah menewaskan lebih dari 15.000 orang.
Selama gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar, 80 sandera Israel dibebaskan dengan imbalan 240 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Lebih dari 20 orang asing, sebagian besar warga Thailand yang tinggal di Israel, dibebaskan di luar cakupan perjanjian.
Baca juga: Tanpa Aba-aba, Jet Israel Kembali Mengamuk di Gaza, Juru Kamera Televisi Kena Bom
Pada Kamis (30/11/2023) malam, enam warga Israel lainnya, beberapa di antaranya memiliki kewarganegaraan ganda, dibebaskan, beberapa jam setelah dua perempuan dibebaskan.
Hal ini membuat total orang yang dibebaskan pada hari Kamis menjadi delapan orang, kurang dari 10 sandera per hari yang diwajibkan oleh kesepakatan gencatan senjata untuk dibebaskan oleh Hamas.
Sebuah sumber yang dekat dengan kelompok militan tersebut mengatakan, pihaknya menghitung dua wanita Rusia-Israel yang dibebaskan pada Rabu (29/11/2023) sebagai bagian dari gelombang ketujuh.
Tidak lama setelah para sandera tiba di Israel, layanan penjara negara tersebut mengatakan 30 tahanan Palestina lainnya (23 anak-anak dan tujuh wanita) telah dibebaskan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.