Serangan udara Israel ke RS Indonesia di Gaza, sedikitnya 10 orang tewas
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza terkena serangan udara Israel, setidaknya 10 orang tewas.
Pengamat Timur Tengah yang juga Dosen Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah, berkata RS Indonesia adalah wajah pemerintah Indonesia yang tak boleh diperlakukan semena-mena.
Karena meskipun dibangun dari sumbangan masyarakat, tapi banyak kalangan internasional menganggapnya bantuan pemerintah. Apalagi memakai nama negara.
Itu mengapa, menurut Tia, pemerintah tidak cukup hanya mengeluarkan pernyataan 'mengecam atau mengutuk' serangan yang dilancarkan militer Israel ke area sekitar RS Indonesia.
"RS Indonesia digempur mau ditaruh dimana muka Indonesia? Ini persoalan kehormatan negara, harusnya bersikap yang tegas," ujar Tia kepada BBC News Indonesia, Jumat (10/11).
"Saya kecewa luar biasa kepada pemerintah Indonesia, kalau mengutuk doang nggak didengar," sambungnya
"Saya ingin pemerintah setidaknya berkontribusi nyata lah. Jangan hanya bersuara di PBB, kalau RS Indonesia digempur apa yang akan dilakukan? Mengecam saja?"
Tia meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan negosiasi dengan negara-negara yang menyokong kedua belah pihak agar mau menghentikan 'bantuan' mereka dan melaksanakan gencatan senjata.
Misalnya menggunakan pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden AS, Joe Biden, nanti untuk memaksa AS menghentikan perang.
Sebab jika RS Indonesia lumpuh menandakan posisi Kota Gaza semakin lemah dan akan makin mustahil terjadi dialog antara kedua belah pihak.
Dia juga memperkirakan eskalasi konflik semakin panas. Kota Gaza akan digempur habis-habisan.
"Saat 2007, pihak Israel tidak ada korban jatuh saja, korban di Gaza ribuan. Sekarang di Israel ada korban seribuan lebih kebayang kan balasannya akan seperti apa?"
Apa sikap pemerintah?
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan Indonesia mengutuk keras serangan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
"Indonesia sekali lagi mengutuk serangan-serangan biadab terhadap warga dan objek sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Arab Saudi.
KTT itu disebut akan membahas konflik Israel dengan Hamas.
Jokowi akan terbang ke Arab Saudi terlebih dahulu pada Jumat (10/11). Di sana, ia akan berunding dengan negara-negara OKI sebelum menemui Presiden AS, Joe Biden untuk mendesak penghentian perang.
"Dari hasil OKI nanti saya akan diutus untuk menyampaikan kepada Presiden Joe Biden agar perang di Hamas-Israel bisa disetop, bisa segera dihentikan," kata Jokowi di Purwakarta, Kamis (9/11).
Kendati begitu, dia belum mau membeberkan poin-poin yang akan disampaikan ke Biden. Namun, ia memastikan posisi Indonesia yang akan selalu membela Palestina.
Adapun soal bantuan kemanusiaan untuk Palestina, katanya, akan dikirim secara estafet.
"Mungkin nanti kedua, ketiga, keempat, kelima saya kira terus akan kita ajak masyarakat untuk membantu saudara kita yang ada di Palestina, di Gaza utamanya," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.