Senin, 6 Oktober 2025

Puluhan bayi prematur dievakuasi dari RS Al-Shifa di Gaza - 'Kami tidak tahu apakah orang tua mereka masih hidup'

Sebanyak 31 bayi prematur Palestina telah dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia…

BBC Indonesia
Puluhan bayi prematur dievakuasi dari RS Al-Shifa di Gaza - 'Kami tidak tahu apakah orang tua mereka masih hidup' 

Militer Israel melancarkan aksi pembalasan di Gaza setelah sejumlah anggota Hamas masuk ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.

Sebelumnya, Dr Marwan Abu Saada, kepala departemen bedah umum di Rumah Sakit Al Shifa, Gaza, mengatakan ada beberapa bayi prematur meninggal dunia.

“Dua bayi meninggal saat listrik di rumah sakit padam. Karena kekurangan oksigen. Yang ketiga meninggal karena gastroenteritis," kata Dokter Abu Saada kepada wartawan BBC Arabic, Ethar Shalaby.

Dokter Abu Saada berbicara melalui telepon ketika tentara Israel menggeledah ruang bawah tanah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu.

Tim neonatal saat itu bermalam di rumah sakit, di lantai yang sama dengan bayi-bayi tersebut.

Israel telah lama menuduh Hamas memiliki pusat komando di bawah Al Shifa dan AS mengatakan intelijen mereka memperkuat tuduhan itu. Namun, Hamas membantahnya.

Dr Abu Saada mengatakan rumah sakit tidak memiliki kontak dengan orang tua atau wali yang masih hidup dari para bayi itu. Di tengah kekacauan perang, kerabat lainnya juga tidak bisa mereka temukan.

Dua bayi di antaranya ditemukan sendirian setelah terjadi penembakan, lalu dibawa ke rumah sakit. Empat lainnya dilahirkan melalui operasi sesar setelah ibu mereka meninggal.

Bagaimana merawat bayi-bayi ini?

“Kami menggunakan selimut penghangat yang biasa kami gunakan dalam operasi dan meletakkannya di bawah para bayi. Kami menggunakan tabung okisgen, tapi untungnya, sekarang hanya dua bayi yang membutuhkan oksigen.”

“Mensterilkan tabung oksigen adalah hal yang menantang,” kata Dokter Abu Saada.

"Kami berusaha sebaik mungkin. Kami melakukan apa pun yang kami bisa untuk mencoba mensterilkan tabung tersebut. Itu sebabnya kami menyerukan agar bayi-bayi ini dievakuasi - untuk menghindari risiko mereka terkena sepsis."

Staf rumah sakit telah berulang kali meminta agar dibuat koridor yang aman untuk para pasien dan dokter.

"Sumber daya kami sangat terbatas. Kami bahkan tidak memiliki air. Untuk mengoperasikan sumur air, kami harus memiliki listrik yang stabil. Kami hanya bisa mengoperasikannya setiap enam jam untuk mendapatkan air. Ini tantangan yang sangat besar. Kami tidak punya air untuk kebersihan pribadi atau untuk minum."

Tanpa kemampuan untuk mempertahankan kondisi yang steril, bayi-bayi ini sulit bertahan karena terancam oleh penyakit dan infeksi yang semestinya bisa dicegah jika situasinya lebih baik.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved