Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Ngaku Sudah Komunikasi dengan Israel, Joe Biden Minta Rumah Sakit di Gaza Dilindungi

Setidaknya 32 pasien, termasuk enam bayi prematur, telah meninggal di rumah sakit Al-Shifa.

ANDREW CAballero-REYNOLDS / AFP
Presiden AS Joe Biden. Setidaknya 32 pasien, termasuk enam bayi prematur, telah meninggal di rumah sakit Al-Shifa. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta rumah sakit terbesar di Gaza untuk terus dilindungi, terlebih saat tank-tank Israel mengepung rumah sakit tersebut dengan ratusan pasien dan staf terjebak di dalamnya.

Biden juga berharap Israel mengambil “tindakan yang tidak terlalu mengganggu” di Rumah Sakit Al-Shifa, yang menurut staf medis telah berulang kali menjadi sasaran pemboman dan penembak jitu Israel.

“Harapan dan ekspektasi saya adalah tindakan yang tidak terlalu mengganggu akan berkurang terhadap rumah sakit dan kami tetap berhubungan dengan Israel,” kata Biden kepada wartawan di Oval Office, Senin (13/11/2023).

Baca juga: Dunia Hari Ini: Tank Israel Diposisikan di Rumah Sakit Gaza yang Merawat Ratusan Pasien

Pernyataan Biden tersebut muncul ketika petugas medis di Rumah Sakit Al-Shifa mengatakan adanya peningkatan korban, termasuk bayi baru lahir di rumah sakit tersebut, yang telah dikepung oleh pasukan Israel sejak akhir pekan lalu.

“Setidaknya 32 pasien, termasuk enam bayi prematur, telah meninggal di rumah sakit sejak Jumat (10/11/2023),” kata Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina.

Sebelumnya, militer Israel mengklaim kelompok militan Hamas mengoperasikan pusat komando di bawah rumah sakit itu. Meski begitu, Hamas langsung membantah pernyataan militer Israel tersebut.

“Kami juga menemukan gudang senjata milik Hamas di sebuah terowongan yang terhubung ke Rumah Sakit Rantissi,” kata militer Israel.

Terlepas dari itu, Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok bersenjata tersebut pada 7 Oktober 2023 terhadap komunitas Israel selatan, yang menurut para pejabat Israel menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved