Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu: Israel Tak Berniat Duduki Jalur Gaza atau Usir Warga Palestina
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak berniat menduduki Jalur Gaza atau mengusir Warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel tidak berniat untuk menaklukkan, menduduki, atau memerintah Jalur Gaza setelah perang melawan Hamas.
“Kami tidak berusaha untuk menaklukkan Gaza, kami tidak berusaha untuk menduduki Gaza, dan kami tidak berusaha untuk memerintah Gaza,” kata Netanyahu kepada Fox News, Kamis (9/11/2023).
Meski demikian, ia memastikan Israel akan memegang tanggung jawab keamanan di Jalur Gaza.
"Namun, kekuatan yang kredibel akan diperlukan untuk memasuki wilayah Palestina jika diperlukan untuk mencegah munculnya kembali entitas mirip Hamas," kata Netanyahu.
Netanyahu mengatakan tidak ingin menggusur siapapun di Jalur Gaza.
Lebih lanjut, Netanyahu mendorong rencananya untuk masa depan Jalur Gaza setelah perang berakhir, dengan didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali.
Baca juga: Israel Bombardir 3 Rumah Sakit di Gaza Termasuk RS Indonesia: Tidak Ada Satu Detik Tanpa Pengeboman
"Kita harus menemukan pemerintahan. Pemerintahan sipil yang akan ada di sana," kata Netanyahu, tanpa merinci siapa yang mungkin membentuk pemerintahan itu.
Ia mengatakan harus menggunakan kekuatan yang kredibel untuk dapat mewujudkan pemerintahan sipil di Jalur Gaza.
“Jadi, kita harus memiliki kekuatan yang kredibel, jika perlu, akan memasuki Gaza dan membunuh para militan. Karena itulah yang akan mencegah,” kata Netanyahu.
Netanyahu juga mengatakan tidak ada gencatan senjata tanpa pembebasan semua sandera Hamas.
"Gencatan senjata dengan Hamas berarti menyerah," katanya.

Baca juga: Lima fakta baru setelah empat minggu eskalasi tempur Israel-Hamas
Ia menambahkan, tidak ada jadwal untuk serangan militer.
"Saya pikir tentara Israel berkinerja sangat baik," tambahnya.
Netanyahu bersumpah Israel akan menghancurkan Hamas setelah serangan mereka terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Pada awal pekan ini, Netanyahu menyatakan Israel akan bertanggung jawab atas keamanan Gaza tanpa batas waktu.
Hal ini mendapat penolakan dari Amerika Serikat (AS), sekutu utama Israel.
Israel akan Kendalikan Keamanan di Jalur Gaza Tanpa Batas Waktu

Baca juga: Israel Tuduh 4 Media Barat, Sebut Jurnalis Menyusup di antara Hamas
Pada Senin (6/11/2023), Netanyahu mengatakan, Israel akan bertanggung jawab atas keamanan di Jalur Gaza setelah mengalahkan militan Hamas.
Hal itu, menurutnya, perlu dilakukan untuk menjaga keamanan negaranya.
“Israel, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan ABC News, Senin.
Ia mengatakan, hal itu diperlukan untuk mencegah serangan besar seperti yang dilakukan oleh Hamas pada Sabtu (7/10/2023).
"Ketika kita tidak mempunyai tanggung jawab keamanan, yang kita alami adalah meletusnya serangan Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan," tambahnya.
Keinginan Netanyahu untuk bertanggung jawab atas keamanan di Jalur Gaza dalam jangka waktu yang tidak terbatas itu, mengindikasikan Israel untuk mempertahankan kendali atas wilayah Palestina.
Hamas Palestina vs Israel

Baca juga: Tak Terima Israel dan Palestina Disebut Berkonflik, Tere Pardede: Ini Penjajahan yang Nyata
Pernyataan Netanyahu menyusul perintahnya kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membombardir Gaza dalam menanggapi serangan terbaru Hamas di Israel terjadi pada 7 Oktober 2023 pagi, dengan menerobos perbatasan Jalur Gaza.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan terhadap kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Hamas menculik kurang lebih 240 orang di Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang di wilayah Israel.
Serangan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 10.812 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Kamis (9/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Diperkirakan, lebih dari 2.450 orang lainnya, termasuk 1.350 anak-anak, dilaporkan hilang dan mungkin terjebak atau mati di bawah reruntuhan, menunggu penyelamatan atau pemulihan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.