Selasa, 30 September 2025

FDA Setujui Vaksin Chikungunya Pertama di Dunia saat Virus Semakin Menyebar di AS dan Asia

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyutujui vaksin chikungunya yang pertama di dunia pada Kamis (9/11/2023), kemarin.

Twitter
Ilustrasi Nyamuk Chikungunya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyutujui vaksin chikungunya yang pertama di dunia pada Kamis (9/11/2023), kemarin. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyutujui vaksin chikungunya yang pertama di dunia pada Kamis (9/11/2023), kemarin.

Chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan nyamuk, menyebabkan demam dan nyeri sendi serta bisa berakibat fatal bagi bayi baru lahir.

Langkah ini dilakukan ketika regulator obat AS mengidentifikasi chikungunya sebagai 'ancaman kesehatan global yang sedang berkembang', dikutip dari Mint.

Vaksin Chikungunya dikembangkan oleh Valneva dari Eropa yang nantinya diberi nama Ixchiq.

Ixchiq, yang diberikan dalam dosis tunggal, mengandung virus chikungunya versi hidup yang dilemahkan.

FDA mengatakan, Ixchiq telah disetujui untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas dan berisiko tinggi tertular penyakit tersebut.

Baca juga: Uji Klinis Vaksin Chikungunya Catatkan Efisiensi Tinggi

Setelah dilakukan uji klinis terhadap 3.500 orang di Amerika Utara, vaksin tersebut memiliki beberapa efek samping.

Di antaranya, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot dan sendi, demam, dan mual.

Persetujuan FDA diharapkan dapat mempercepat peluncuran vaksin secara global.

Kasus Chikungunya

Pada bulan September 2023, dilaporkan sektiar 440.000 kasus Chikungunya, termasuk 350 kematian, dikutip dari BBC.

Amerika Selatan dan Asia Selatan menjadi negara dengan jumlah kasus Chikungunya terbanyak tahun ini.

Pasalnya, saat ini belum ada obat khusus untuk mengatasi Chikungnya.

Pejabat senior FDA, Peter Marks, mengatakan virus ini dapat menyebabkan penyakit yang berkepanjangan.

“Infeksi virus chikungunya dapat menyebabkan penyakit parah dan masalah kesehatan berkepanjangan, terutama bagi orang lanjut usia dan individu dengan kondisi medis yang mendasarinya,” kata pejabat senior FDA Peter Marks.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan