Bermalam di ruang bawah tanah, ‘relawan Indonesia di Gaza belum tentu aman dari serangan Israel’
Tiga WNI berlindung dari serangan Israel di Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Namun pada tahun-tahun sebelumnya, rumah sakit ini kerap…
"Kami meminta mereka tidur malam di basement rumah sakit. Itulah upaya maksimal yang bisa kami lakukan untuk mereka," ujarnya.
Di mana lokasi Rumah Sakit Indonesia?
Rumah Sakit Indonesia terletak di kawasan Gaza utara, sekitar tiga kilometer dari perbatasan dengan Israel.
Kompleks rumah sakit ini tak jauh dari kawasan Beit Hanoun yang baru-baru ini hancur lebur diterjang bom udara Israel.
Rumah Sakit Beit Hanoun tidak luput dari dampak serangan itu, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza, menghadapi kesulitan besar untuk tetap beroperasi.
Sebelum eskalasi tempur yang meningkat di Gaza pada Oktober ini, Rumah Sakit Indonesia telah beberapa kali terdampak pengeboman Israel.
Rumah sakit ini dibangun pada periode tahun 2011 hingga 2015. Biaya pembangunannya berasal dari sumbangan publik yang disalurkan kepada MER-C dan juga bantuan dana dari pemerintah Indonesia.
Wakil Presiden Indonesia pada periode itu, Jusut Kalla, datang ke Gaza untuk turut meresmikan operasional rumah sakit tersebut. Memiliki fasilitas sekitar 100 kasur rawat inap, empat ruang operasi dan 10 ruang rawat perawatan intensif, Rumah Sakit Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di Gaza.
Fikri dan dua relawan MERC asal Indonesia sehari-hari membantu operasional rumah sakit tersebut, bukan sebagai pekerja medis. Ketiga relawan yang berstatus mahasiswa itu juga ditugaskan MERC untuk membeli bantuan makanan dengan dana sumbangan dari warga Indonesia.
Dalam situasi mencekam seperti saat ini, kata Fikri, mereka berusaha untuk tidak berpergian terlalu jauh dari kompleks rumah sakit. Mereka keluar kawasan itu hanya untuk membeli kebutuhan medis seperti obat-obatan yang didanai oleh donasi publik kepada MERC.
Fikri berkata, mereka sesekali juga kembali ke Wisma Jose Rizal atau yang biasa disebut Wisma Indonesia. Sebelum peningkatan eskalasi militer di Gaza, Oktober ini, ketiganya tinggal di bangunan yang berada di seberang Rumah Sakit Indonesia terebut.
"Kami tinggal di basement rumah sakit selain karena kondisi di luar sangat mencekam, tapi Ini juga agar kami bisa terus mengakses internet yang tersedia di rumah sakit. Sampai sekarang wisma kami belum tersambung akses internet," kata Fikri.
"Kami hanya kembali ke wisma untuk makan dan mengambil keperluan lain. Kami hanya bisa beraktivitas di lantai satu wisma karena banyak bagian gedung rusak berat. Banyak plafon ambruk. Kabel terputus. Sebagian kamar pasien di situ juga rusak," tuturnya.
Proses evakuasi WNI
Warga negara Indonesia yang berada di Gaza saat ini berjumlah 10 orang. Selain tiga relawan MER-C, WNI di Gaza adalah orang yang menikah dengan warga lokal.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, menyebut seluruh WNI tersebut masih dalam kondisi selamat. Dalam keterangan kepada pers, Iqbal membantah kabar yang beredar di media sosial tentang seorang WNI bernama Ahmad Hisyam yang tewas di Gaza.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.