Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

AS Diam-diam Perluas Pangkalan Militer di Israel, Proyek Kolonialisasi Barat di Tanah Arab

Pengumuman kontrak dari Departemen Pertahanan AS mengungkapkan, Washington sedang memperluas pangkalan militer di gurun Negev Israel, 20 mil dari Gaza

AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) menyambut Presiden AS Joe Biden setibanya di bandara Ben Gurion Tel Aviv pada 18 Oktober 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Biden mendarat di Israel pada 18 Oktober, dalam kunjungan solidaritas menyusul serangan Hamas yang memicu pembalasan besar-besaran Israel. (Brendan Smialowski / AFP) 

Contohnya seperti ketika mantan Presiden AS Donald Trump pada 2018 yang mengumumkan kalau Amerika Serikat akan memindahkan kedutaan mereka di negara tersebut ke Yerusalem.

Pernyataan tersebut sangat kontroversial karena kota ini memiliki kepentingan keagamaan baik bagi orang Yahudi maupun Muslim.

Israel memandang Yerusalem sebagai ibu kota wilayah Israel, yang makna historisnya tidak ada bandingannya.

Sementara itu, usulan pembentukan negara Palestina menyarankan menjadikan bagian timur kota tersebut sebagai ibu kota Palestina.

Tindakan kedutaan ini ditafsirkan oleh warga Palestina sebagai konfirmasi atas kurangnya minat yang tulus dalam menyelesaikan kebuntuan yang sudah berlangsung lama antara Yahudi dan Arab di Israel.

Trump bergerak cepat untuk menegosiasikan normalisasi diplomatik antara Israel dan beberapa negara Timur Tengah; Presiden AS Joe Biden berupaya mewujudkan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi hingga perang Israel-Hamas baru-baru ini mengalihkan proses tersebut.

Para analis mengatakan pembangunan pangkalan militer seperti Site 512 akan difokuskan terutama untuk memantau serangan dari negara tetangga Israel, terutama Iran, ketimbang untuk mengamati peluncuran roket dari Gaza oleh Hamas.

Amerika Serikat telah lama menjadi sekutu terdekat Israel, memberikan bantuan miliaran dolar setiap tahunnya.

Theodor Herzl, pendiri gerakan Zionis yang mengilhami berdirinya Israel, secara khusus menyebut usulan negara Yahudi di wilayah tersebut sebagai proyek “kolonial” dan “negara garnisun” bagi Barat di dunia Arab.

Pembenaran umum yang menganggap Israel sebagai garda depan demokrasi dan pemerintahan liberal di Timur Tengah mencerminkan retorika serupa yang digunakan oleh kelompok neokonservatif untuk membenarkan perang di Irak, Afghanistan, dan belahan dunia lainnya.

(oln/*/Sptnk/pntgn/)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved