Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Belasan Ribu Pengungsi dari Nagorno-Karabakh Banjiri Armenia

Ribuan warga Nagorno-Karabakh melarikan diri dari kota Stepanakert dan membanjiri perbatasan Armenia setelah serangan kilat Azerbaijan…

Deutsche Welle
Belasan Ribu Pengungsi dari Nagorno-Karabakh Banjiri Armenia 

Delegasi dari Baku dan Yerevan dijadwalkan mengawali dialog damai di Brussels, Belgia, pada Selasa (26/9), ketika 13.500 warga Stepanakert dikabarkan telah mengungsi ke Armenia.

Belum jelas, bagaimana pertemuan yang dimediasi Uni Eropa itu bisa memberikan jalan keluar bagi kebuntuan di Nagorno-Karabakh.

Ketegangan belum mereda sejak Azerbaijan melakukan serangan kilat dan sepenuhnya menduduki enklave yang dihuni etnis Armenia tersebut, Selasa (19/9), sepekan silam.

"Kami mengambil barang apapun yang bisa kami bawa lalu secepatnya hengkang,” kata Petya Grigorya, supir berusia 69 tahun yang dijumpai Reuters di kota Goris di perbatasan Armenia, Minggu (24/9). "Kami tidak tahu mau kemana harus pergi,” imbuhnya.

Stasiun-stasiun bahan bakar dilaporkan dipenuhi antrian panjang warga yang panik.

Setidaknya 20 orang meninggal dunia dan 290 luka-luka ketika sebuah depot bahan bakar di Stepanakert meledak, Senin (25/9) kemarin.

"Petugas kesehatan kami berusaha keras merawat korban luka dalam kondisi yang sulit,” tulis otoritas lokal dalam keterangan persnya.

Kepada Reuters, sebagian warga etnis Armenia yang mengungsi dari Nagorno-Karabakh mengaku melihat banyak jenazah warga sipil di sepanjang jalan. Pengungsi lain mengabarkan betapa mereka harus tidur di tanah dengan perut lapar selama pelarian.

Tekanan meningkat di Yerevan

Langkah Azerbaijan menduduki Nagorno-Karabakh memicu gejolak politik di ibukota Armenia, Yerevan. Sepanjang pekan, ribuan demonstran turun ke jalan menuntut pemakzulan terhadap Perdana Menteri Nikol Pashinyan karena dianggap gagal.

Dia sebelumnya pernah berjanji akan melindungi sebanyak 120.000 warga etnis Armenia yang menghuni wilayah teritorial Azerbaijan tersebut.

Di tengah kemelut, Pashinyan melontarkan kritik terhadap Organisasi Kerja Sama Keamanan Kolektif (CSTO), sebuah aliansi keamanan serupa NATO yang dibentuk Rusia dan mewajibkan negara anggota saling membantu jika diserang.

"Sistem keamanan eksternal, di mana Armenia turut berkecimpung, bersifat tidak efektif jika menyangkut pengamanan keamanan nasional Armenia,” kata Pashinyan dalam sebuah pidato kenegaraan, Senin kemarin.

Buntutnya, Kementerian Luar Negeri di Moskow merespons, betapa Pashinyan sedang melakukan "kesalahan besar” telah berusaha memutus relasi dengan Rusia dan bahwa dialah yang bersalah dalam krisis di Nagorno-Karabakh karena "termakan janji negara Barat.”

Konfrontasi kepentingan adidaya di kawasan

Sementara itu, Rusia dan Amerika Serikat saling melempar tuduhan telah mendestabilisasi Kaukasus Selatan. Moskow juga mengimbau AS agar tidak merecoki kepentingannya di kawasan.

"Kami mendesak Washington untuk tidak melakukan tindakan atau ucapan yang mengarah pada peningkatan sentimen anti-Rusia di Armenia,” kata Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, via Telegram, Selasa (26/9).

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved