Polusi Udara Jakarta: Kulit Wajah Juga Ikut Menderita
Sebagian warga Jakarta tidak bisa lepas dari masker saat beraktivitas di luar ruang guna kurangi dampak negatif polusi udara. Namun…
Bentuk perawatan lainnya yang bisa mengurangi permasalahan wajah adalah rutin mencuci muka sehari dua kali. Upaya-upaya menjaga kesehatan kulit wajah perlu dilakukan sebelum seseorang pergi keluar rumah dan menggunakan masker, ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa dampak jangka pendek dari paparan polusi udara yang mudah terlihat adalah wajah terlihat kusam. Selain itu, siapa pun juga rentan dengan permasalahan wajah bila menggunakan masker berjam-jam. Jerawat muncul tidak hanya karena paparan polusi udara, tambahnya.
"Efek (memakai) masker berjam jam tidak hanya orang berjerawat (walaupun) memang mereka lebih banyak masalah. Udah ketutup, berkeringat jadi satu, belum lagi kena polusi," ujar dokter Aulia. Oleh karena itu, siapa pun harus bisa memilih masker dengan bahan yang cocok dengan kulit wajah masing-masing, kata dokter Aulia.
Ia menegaskan dampak jangka panjang yang bisa muncul bertahun-tahun bila wajah sering terpapar polusi udara. Kulit akan rusak dari dalam karena jaringan kulitnya terkena banyak radikal bebas bila tanpa melakukan perawatan wajah, tambahnya.
"Efek jangka panjang yang paling ditakuti adalah kanker kulit," tegasnya.
Kurangi pemakaian bahan bakar fosil
Polusi udara ditengarai terjebak di antara belantara gedung-gedung tinggi di Jakarta, ujar Shahnaz Nur Firdausi, peneliti energi dan iklim di Institute for Essential Services Reform (IESR). Shahaz menuturkan bahwa penurunan kualitas udara di Jakarta juga disebabkan oleh emisi dari transportasi, konstruksi, dan pembangkit listrik.
Oleh karena itu perlu disusun regulasi yang dapat mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil untuk menurunkan emisi dari sektor energi, imbuhnya. Sejauh ini, menggunakan transportasi umum dan hybrid working masih menjadi pilihan bagi publik untuk berkontribusi mengurangi emisi, ujarnya.
Salah satu cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang kerap didengungkan adalah menggunakan kendaraan bertenaga listrik. Kendati demikian, Shahnaz menyoroti bahwa kendaraan bertenaga listrik tidak serta-merta mengurangi polusi.
"Polusinya bukan dari knalpot, tapi dari listrik yang dihasilkan dari batu bara," kata Shahnaz kepada DW Indonesia.
Maka, untuk bisa menghasilkan energi yang bersih, pemerintah Indonesia bisa mencari alternatif sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Ia mencontohkan Indonesia bisa memaksimalkan sumber energi terbarukan dari tenaga matahari, angin, dan air.
"(Bila) kendaraan bertenaga listrik dan sumber energi terbarukan bisa berjalan bersamaan, hasilnya akan lebih baik," kata Shahnaz kepada DW Indonesia. (ae)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.