Mengapa Serangan Bom Bunuh Diri Makin Sering Terjadi di Pakistan?
Serangan bunuh diri makin sering terjadi di Pakistan. Ledakan terbaru di Bajaur menewaskan lebih 50 orang, termasuk banyak anak-anak.…
Jumlah korban tewas dalam serangan bom bunuh diri terbaru di Pakistan telah melampaui 50 orang. Ketua partai Jamiat Ulema Islam (JUI-F), yang pendukungnya menjadi sasaran serangan ledakan, mengecam aparat keamanan negara atas "kegagalan intelijen".
"Di mana mereka? Kapan mereka akan mendengarkan kami? Kapan mereka akan menyembuhkan luka kami? Kapan mereka akan membangun sistem yang melindungi generasi masa depan kita?" tulis Pemimpin JUI-F, Fazl-ur-Rehman, di akun Twitter-nya.
Fazl-ur-Rehman bukanlah satu-satunya pendakwah di Pakistan yang menyuarakan dengan lantang untuk menentang maraknya serangan aksi teroris, termasuk bom bunuh diri.
Aksi teror bom bunuh diri di Pakistan
Ledakan pada hari Minggu (30/07) di Bajaur diklaim sebagai salah satu aksi dari kelompok afiliasi lokal milisi ISIS. "Negara Islam Khorasan" (ISIS-K) menuduh JUI-F munafik, karena telah menjadi kelompok politik Islam yang mendukung pemerintah sekuler dan militer di negara tersebut.
Tetapi kelompok-kelompok ekstremis lainnya juga menggunakan aksi bunuh diri serupa untuk menargetkan musuh-musuh politik mereka di Pakistan. Negara ini telah mengalami lebih dari selusin serangan bunuh diri pada paruh pertama tahun 2023, menurut laporan dari Institut Studi Konflik dan Keamanan Pakistan yang berbasis di Islamabad.
Ledakan bom di sebuah masjid di Peshawar yang menewaskan lebih dari 100 orang, pada awalnya diakui sebagai tanggung jawab dari seorang komandan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), namun kemudian dibantah oleh juru bicara TTP.
Selain itu, ledakan yang terjadi pada hari Minggu (30/07) dalam aksi unjuk rasa JUI-F tersebut merupakan insiden terbaru di provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut, yang berbatasan dengan Afganistan.
Sebelumnya, pada tanggal 18 Juli, delapan orang terluka dalam sebuah ledakan bom bunuh diri di Peshawar. Kemudian, pada tanggal 20 Juli, dua orang teroris bom bunuh diri juga menyerang kompleks resmi di Bara, distrik Khyber, di mana sedikitnya empat petugas polisi tewas dalam tragedi tersebut. Seorang petugas polisi lain juga terbunuh lima hari setelahnya, ketika tengah berusaha menangkap seorang teroris bom bunuh diri di sebuah masjid.
Faksi-faksi yang bersaing di balik serangan teror mematikan
Abdul Basit, seorang peneliti senior di Studi Internasional S. Rajaratnam dan pakar jaringan jihad, mengatakan kepada tim DW bahwa kelompok teror TTP telah dikaitkan dengan aksi terorisme bom bunuh diri di Pakistan, sejak kelompok itu didirikan pada Desember 2007.
"Selain TTP, kelompok-kelompok besar lainnya yang terlibat dalam serangan bunuh diri termasuk ISIS-K, faksi komandan Hafiz Gul Bahadur yang berbasis di Waziristan Utara, dan Tehreek-e-Jihad Pakistan yang baru-baru ini dibentuk," kata Basit kepada tim DW.
"Selain itu, di antara berbagai kelompok separatis etnis sekuler, Tentara Pembebasan Baloch (BLA) juga menjadi sebagai salah satu aktor utama yang mengambil inspirasi dari militan Islamis, dan mengadopsi teror bom bunuh diri sebagai taktik perang," tambahnya.
Pada bulan Juni, BLA mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang melibatkan seorang tersangka perempuan, yang melakukan aksi terorisme dengan menargetkan konvoi penegak hukum di wilayah Balochistan, Pakistan.
Sejarah panjang aksi serangan bom bunuh diri di Pakistan
Sejak pertengahan tahun 1990-an, Pakistan telah mengalami beberapa aksi serangan bunuh diri, yang sebagian besar pada masa itu diorganisir oleh organisasi militan internasional dan kelompok-kelompok sektarian.
Pada bulan November 1995, para teroris menargetkan kedutaan Mesir di Islamabad dan menewaskan setidaknya 17 orang. Aksi bom bunuh diri tersebut terkait dengan Ayman al-Zawahiri dan kelompok militan Jihad Islam Mesir.
Pada bulan Mei 2002, aksi bom bunuh diri di sebuah bus di Karachi telah menewaskan 14 orang, termasuk 11 insinyur Prancis. Konsulat Amerika Serikat (AS) di Karachi juga ikut diserang pada bulan Juni 2002 dan Maret 2006, yang menyebabkan kematian seorang diplomat AS dan banyak lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.