Prediksi Kanker dengan AI Selamatkan Perempuan India dan Pakistan
Lebih dari dua juta perempuan mengidap penyakit kanker payudara setiap tahunnya. Diagnosis dini dan prediksi risiko dengan kecerdasan…
"Ketika Anda melihat hasil pemindaian, meminta pendapat profesional atau beberapa pendapat profesional lainnya memang penting. Namun terkadang, ada beberapa nuansa halus yang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang, tetapi AI yang terlatih dapat melakukan itu, dan mampu membantu pendeteksian tersebut," ujar Kitchlew.
Kekuatan prediksi teknologi AI
Manusia hampir tidak mampu membuat prediksi dengan penuh akurasi. Sebagai contoh, jika Anda mengalami mutasi gen yang mengancam jiwa dan bertanya kepada tenaga ahli dokter tentang peluang untuk hidup sehat dalam sepuluh tahun ke depan, hanya sedikit dari mereka yang mau mengambil risiko untuk membuat suatu prediksi.
Namun, teknologi AI mampu menganalisis karakteristik tumor, ukurannya, jumlah kelenjar getah bening yang terinfeksi, atau bahkan ekspresi protein yang terkait. Kekuatan AI juga dapat mengenali pola dan korelasi dengan berbagai subtipe kanker.
Tingkat kerumitan dan skala data yang sulit itu tidak mampu diperhitungkan oleh manusia.
Perusahaan OncoStem mengatakan bahwa tes prognostiknya, CanAssist, cukup kuat untuk memprediksi risiko kanker hingga sepuluh tahun ke depan. Perusahaan ini melakukan banyak penelitian dengan pasien Eropa.
Tes ini menganalisis ekspresi protein tertentu dan memberi tahu dokter apakah kanker akan merespons pengobatan hormon dan apakah pasien akan memerlukan kemoterapi atau tidak.
"Ketika menjalani kemoterapi, banyak efek samping yang dapat ditimbulkan pada pasien. Anda akan kehilangan rambut, mudah terkena infeksi, atau bahkan terkena leukemia. Anda juga bisa mengalami banyak gangguan neurologis," jelas Manjiri Bakre, salah satu pendiri dan CEO OncoStem Diagnostics.
Tes pendeteksi serupa sebelumnya sudah tersedia di AS dan Eropa, sebelum perusahaan OncoStem meranah pasarnya. Namun, di negara-negara seperti India dan Pakistan, harganya menjadi sangat mahal dan banyak pasien yang tidak mampu untuk membelinya, kata Bakre.
'Campur tangan manusia masih dibutuhkan'
Kitchlew mengatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan pengguaan teknologi AI di bidang medis itu tidak terbatas, termasuk operasi robotik.
Namun, Bakre mengatakan bahwa dokter manusia tidak dapat tergantikan. "Campur tangan manusia masih dibutuhkan karena bisa saja terjadi kesalahan (dengan AI)," kata Bakre.
AI memiliki cara tersendiri untuk memahami pola genetik dan menemukan rencana perawatan yang dipersonalisasi, sesuai dengan disposisi genetik pasien tertentu.
Meskipun Sarah dapat merencanakan kehidupannya kembali setelah prediksi kanker berkat teknologi AI itu, tetapi perempuan lainnya mungkin tidak seberuntung dia jika mengidap bentuk kanker payudara lain yang lebih agresif, di mana teknologi AI untuk itu mungkin belum dikembangkan.
(kp/ha)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.