Menjelang Musim Panas di Jepang Festival Fuuring Bermunculan di Berbagai Tempat
Menjelang musim panas Jepang kini banyak matsuri (festival) dan salah satunya festival fuuring (lonceng angin tradisional Jepang) di berbagai tempat
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menjelang musim panas Jepang kini banyak matsuri (festival) dan salah satunya festival fuuring (lonceng angin tradisional Jepang) di berbagai tempat di Jepang baik di Saga Jepang Barat maupun di Shizuoka Jepang Timur dan tempat-tempat lain.
"Nada sejuk dari lonceng angin di Akiha Sohonden Kasuisai, di Kota Fukuroi, Prefektur Shizuoka, juga mewarnai bunyi-bunyian lonceng angin itu yang dipercayai dapat mengusir roh jahat ditempat pintu masuk rumah kita," papar sumber Tribunnews.com Rabu (28/6/2023).
"Festival Lonceng Angin Enshu Sanzan" diadakan di tiga kuil di Kota Fukuroi, Prefektur Shizuoka, dan pengunjung dihibur oleh produksi fuuring yang rumit.
Di Akiba Sohonden Kasuisai ada sekitar 2.000 lonceng angin Edo digantung di "Furin no Komichi'' yang menghubungkan gerbang kuil dan aula utama, menggemakan nada dingin.
Kita juga bisa merasakan pengalaman melukis di sana sambil mendengarkan centringan bunyi sejuk fuuring di sana.
Asal usul lonceng angin adalah "futaku" perunggu yang digantung di keempat sisi kuil dan pagoda.
Kasuisai dipenuhi dengan keinginan agar "pemuja dapat merasakan kesejukan saat ini dan menyingkirkan roh jahat".
Kasuisai adalah kuil Buddha dari sekte Soto yang terletak di Kuno, Kota Fukuroi, Prefektur Shizuoka.
Festival ini berlangsung hingga akhir Agustus 2023 dikunjungi dan dinikmati gratis di sana.
Furin adalah lonceng kecil yang digantung di bawah atap rumah selama musim panas di Jepang. Ini dirancang agar suara dihasilkan oleh angin.
Buat badan luar berbentuk mangkuk yang pas di telapak tangan terbuat dari logam atau kaca, atau bahkan porselin saat ini. Di dalamnya dipasangkan tali sehingga yang menggantung bisa tergantung ke bawah dengan bagian kecil yang disebut "lidah" (zetsu) digantung dengan tali, dan secarik kertas diikatkan di ujung tali agar dapat menerima angin dengan baik. Bila gantungan itu terbawa angin dan mengenai bagian badan luar maka akan berbunyi nyaring dengan suara yang merdu "ting ting ting".
Fuurin dikatakan sudah ada sekitar 2.000 tahun yang lalu di Cina, di mana lonceng angin digantung di rumpun bambu untuk meramal sesuai dengan arah angin dan cara suara bergema.
Para biksu membawanya kembali ke Jepang dan menggantungnya di empat sudut kuil dan pagoda Buddha di 'futaku' perunggu, konon tidak akan ada bencana.
Dari periode Heian ke periode Kamakura, lonceng angin digantung di atap rumah bangsawan untuk mengusir roh jahat.
2 Fakta 16 Besar Kejuaraan Dunia Voli Putra 2025: Italia Tak Masuk Daftar Unbeaten, 3 Tim Top Absen |
![]() |
---|
Jadwal MotoGP Jepang 2025: Kemenangan ke-100 Marc Marquez Warnai Raihan Gelar Juara Dunia |
![]() |
---|
6 Tips Liburan ke Jepang, Dari Transportasi Hingga Belanja Pakai DANA |
![]() |
---|
10 Tempat Terlarang di Dunia, Tidak Bisa Didatangi Turis |
![]() |
---|
NOC Indonesia Gandeng NOC Jepang Buat Komitmen Strategis Pengembangan Prestasi Olahraga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.