Senin, 29 September 2025

Persaingan Tak Sehat Truk China Vs Truk Jepang Gara-gara Tak Tegas Berlakukan Standar Euro 4

Persaingan truk Jepang rakitan lokal dengan truk impor dari China ditengarai tidak sehat lantaran pemerintah tak tegas berlakukan standar Euro 4.

|
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Choirul Arifin
TRUK JEPANG VS TRUK CHINA - Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Aji Jaya di booth Fuso di pameran otomotif GIIAS 2025. Persaingan truk merek Jepang rakitan lokal dengan truk impor dari China ditengarai tidak sehat lantaran pemerintah tidak tegas memberlakukan standar Euro 4. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persaingan truk merek Jepang rakitan lokal dengan truk-truk impor dari China yang masuk ke pasar Indonesia ditengarai tidak sehat lantaran pemerintah tidak tegas dalam memberlakukan standar emisi Euro 4 untuk semua truk yang dipasarkan di Indonesia saat ini.

Direktur Pemasaran dan Penjualan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Aji Jaya mengatakan, persaingan tidak sehat tersebut dipicu masih adanya truk impor dari China yang masih berstandar emisi Euro 2.

Beberapa produk truk China masuk tanpa mengikuti standar emisi Euro 4 yang sudah ditetapkan pemerintah.

"Di sektor mining kendalanya tidak hanya soal permintaan tetapi juga saingannya saya bilang mungkin tidak sehat. Tadi itu ada brand-brand yang datang tak sesuai prosedur (standar emisi di bawah Euro 4)," ungkapnya kepada wartawan di  Jakarta, baru-baru ini. 

Dia mengingatkan, regulasi pemerintah sudah jelas mengatur bahwa kendaraan bermesin diesel yang saat ini boleh dijual di Indonesia harus berstandar Euro 4.

Mitsubishi Fuso sendiri sebagai salah satu pemain truk di pasar lokal konsisten mengikuti aturan tersebut. 

"Persaingan dalam bisnis biasa, hanya saja selama itu dilakukan fair. Udah pasarnya kecil, persaingannya kurang sehat juga," kata Aji Jaya.

Menurut Aji, penerapan standar emisi Euro 4 memang membawa konsekuensi pada biaya operasional.

Truk Euro 4 harus menggunakan bahan bakar Dex yang harganya lebih mahal, sementara beberapa truk China dengan standar Euro 2 masih bisa menggunakan solar biasa yang jauh lebih murah.

"Ya ada (dampak). Kalau Euro 4 kan harus pakai Dex, mahal. Kalau jadi pengusaha pasti pilih yang lebih murah, nah itu truk Euro 2 kan masih bisa pakai solar biasa."

"Itu dampaknya, pasti konsumen mau pilih yang murah operasionalnya. Tetapi itu masalahnya enggak fair, karena regulasinya kan Euro 4," ujar Aji Jaya.

Dengan kondisi volume pasar truk yang mengecil dan persaingan yang tidak sehat, Fuso menilai tantangan industri kendaraan komersial semakin kompleks saat ini dan ke depan.

KTB berharap pemerintah dapat memperkuat pengawasan regulasi agar kompetisi di pasar berlangsung lebih adil.

Penjualan truk mengalami tekanan sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pasar truk pada Januari-Agustus 2025 hanya mencapai 34.919 unit.

Angka ini turun 19 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 43.043 unit.

Sementara penjualan bus juga terkoreksi 20 persen, dari 3.762 unit pada Januari-Agustus 2024 menjadi 3.021 unit pada periode yang sama tahun ini.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan