Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Menstruasi di India
Laporan PBB mengatakan bahwa ada peningkatan risiko kesehatan reproduksi perempuan, setelah terjadinya bencana alam. Perempuan di…
Perubahan iklim juga dapat meningkatkan risiko pergeseran waktu Menarke atau siklus menstruasi pertama bagi perempuan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal internasional Riset Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat.
Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu juga menyoroti "peristiwa cuaca ekstrem akibat perubahan iklim secara tidak proporsional memengaruhi perempuan dan anak perempuan serta kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari."
"Di masyarakat India, biasanya para perempuan ditinggalkan di zona-zona yang rentan terhadap perubahan iklim, karena kaum prianya pergi untuk mencari pekerjaan. Para perempuan itu harus berurusan dengan kegiatan logistik sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim," ujar Megha Desai dari Desai Foundation, sebuah LSM yang bekerja untuk kesetaraan menstruasi.
Perubahan iklim yang harus disalahkan
Pada tahun 2020 dan 2021, banjir dan angin topan, yang dipengaruhi oleh musim hujan barat daya dan timur laut, merupakan penyebab utama jumlah pengungsi meningkat drastis.
Pesisir timur India juga menjadi sangat rentan terhadap siklon tropis, di mana dalam beberapa tahun terakhir ini, badai-badai itu terus tumbuh menjadi semakin kuat. Para ilmuwan bahkan memperingatkan bahwa alasan di balik meningkatnya intensitas bencana ini adalah karena perubahan iklim.
Topan Amphan yang menghantam garis pantai timur India sebagai topan kategori 5, telah memicu evakuasi lebih dari 2,4 juta warga India, menurut laporan tahun 2021 dari Pusat Pemantauan Pengungsi Internal yang berbasis di Jenewa, Swiss.
Topan Amphan juga telah menyebabkan hampir lima juta orang mengungsi di Bangladesh, India, Myanmar, bahkan Bhutan pada bulan Mei tahun 2020 silam, menjadikannya sebagai peristiwa pengungsian akibat bencana alam terbesar secara global.
"Dengan meningkatnya suhu global, kapasitas atmosfer untuk menahan kelembapan juga meningkat, sehingga topan dapat mempertahankan energinya dalam waktu yang lebih lama," kata Uma Charan Mohanty, seorang ahli meteorologi dan profesor emeritus di Sekolah Ilmu Bumi, Kelautan dan Iklim di Institut Teknologi India, kepada tim DW.
Wilayah Assam yang juga rentan terhadap bencana banjir, memiliki setidaknya 15 distrik paling rentan terhadap iklim di India.
"Kami juga melihat pola curah hujan yang tidak menentu akibat kenaikan suhu global yang menjadi penyebab bencana banjir sering terjadi," tambah Mohanty. (kp/yf)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.