China Deteksi Kasus Flu Burung pada Manusia, WHO Khawatir Risiko Infeksi Meningkat
China deteksi kasus flu burung pada manusia. Tahun 2022, China mencatat 2 varian infeksi yang berbeda. WHO khawatir risiko infeksi meningkat.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita di China baru-baru ini dirawat di rumah sakit karena flu burung tipe H5N1.
Ia jatuh sakit pada 31 Januari 2023 dan dirawat di rumah sakit pada 4 Februari 2023.
Berbeda dengan kasus flu burung H5N1 di Kamboja, wanita di China ini terinfeksi H5N1 clade 2.3.4.4b.
H5N1 clade 2.3.4.4b adalah varian yang pernah menyebabkan wabah global flu burung tahun 2020, yang belum pernah terjadi sebelumnya pada unggas.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), China melaporkan kasus flu burung ini pada 24 Februari 2023, namun baru dipublikasikan minggu ini, dikutip dari Telegraph.
“Pengurutan genom menunjukkan dia terinfeksi H5N1 clade 2.3.4.4b, yang saat ini banyak beredar pada burung,” kata Dr Sylvie Briand, direktur kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi di WHO.
Baca juga: Kemenkes Waspadai KLB Flu Burung Clade Baru, Simak Gejala hingga Pencegahannya
“Sejak tahun 2020, peningkatan jumlah wabah flu burung telah dilaporkan pada burung liar dan unggas secara global, dan kita dapat mengharapkan tambahan kasus sporadis pada manusia,” tambahnya.
Pada konferensi pers minggu lalu, Dr Briand juga mengatakan WHO khawatir dengan potensi penularan dari manusia ke manusia.
Kegelisahan ini dilatarbelakangi dari meningkatnya kasus H5N1 clade 2.3.4.4b pada mamalia seperti cerpelai dan singa laut.
Di Peru, jumlah kematian singa laut akibat H5N1 telah meningkat hingga 3.500 pada minggu ini.
Gejala infeksi biasanya pada neurologis, seperti tremor, kejang, dan kelumpuhan.

Dr Pablo Plaza, pakar kesehatan masyarakat veteriner dan epidemiologi di Universitas Nasional Comahue di Argentina, mengatakan risiko kesehatan pada manusia meningkat.
"Meski saat ini risikonya terlihat rendah, namun kita harus waspada karena virus berubah setiap saat. Diperlukan eberapa perubahan virus untuk beradaptasi dengan penularan antar manusia, sehingga mudah-mudahan tidak terjadi,” kata Dr Pablo.
Kasus H5N1 terbaru di China muncul setelah seorang wanita meninggal akibat virus tersebut pada November di provinsi selatan Guangxi.
Dua infeksi mematikan di Kamboja dan infeksi di China ini menunjukkan ancaman H5N1 yang belum pernah terjadi sebelumnya pada burung.
“Risiko untuk manusia meningkat, dalam artian banyak virus pada unggas dan burung liar,” Prof Munir Iqbal, kepala Grup Avian Influenza di The Pirbright Institute dan anggota grup pemodelan baru pemerintah untuk flu burung, kepada Telegraph.
“Virus dapat berubah kapan saja, dan karena itu risikonya lebih tinggi bila ada lebih banyak di lingkungan," katanya.
"Tapi, itu tidak berarti epidemi manusia sudah dekat. Hanya saja tidak ada yang mengendalikan virus. Jadi bisa dikatakan ada risiko serius,” lanjutnya.

Baca juga: Puluhan Unggas di Cimahi Mati Mendadak Akibat Diserang Flu Burung, Ini Penjelasan Pemkot
Kasus Flu Burung H5N6 di China
Selain H5N1, minggu ini, China juga melaporkan kasus dua jenis flu burung lainnya yaitu H5N6 dan H9N2.
Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong (CHP) mengatakan China telah melaporkan kasus flu burung H5N6 pada Kamis (2/3/2023).
Kasus ini ditemukan pada seorang pria berusia 49 tahun dari Provinsi Guangdong.
Pria itu telah menunjukkan gejala flu burung H5N6 dimulai pada 17 Desember 2022, setelah kontak dengan unggas hidup.
Ia dirawat di rumah sakit sejak 21 Desember 2022, dan sekarang dalam kondisi serius.
Infeksi H5N6 seringkali parah atau fatal, dikutip dari University of Minnesota.
Sejak 2014, China telah melaporkan 83 kasus H5N6.
Virus tersebut diketahui beredar pada unggas di beberapa negara Asia.
Namun, sejauh ini hanya China dan Laos yang melaporkan kasus pada manusia.

Baca juga: Apresiasi Pemerintah Waspada KLB Flu Burung, Pakar: Penting Penguatan Surveilans di Peternak Unggas
Kasus Flu Burung H9N2 di China
Selain kasus ini, China melaporkan dua kasus flu burung H9N2 lagi, menurut laporan flu burung bulanan CHP.
Dua pasien tersebut adalah seorang anak perempuan berusia 6 tahun dari Provinsi Sichuan yang sakit pada 23 Oktober 2022, dan seorang bayi perempuan berusia 9 bulan yang gejalanya mulai muncul pada 15 November 2022.
H9N2 juga diketahui beredar di unggas di sejumlah negara Asia.
Penyakit ini biasanya ringan dan menyerang anak-anak.
Flu Burung di Kamboja
Sebelumnya, dilaporkan dua kasus flu burung di Kamboja.
Pejabat Kamboja mengatakan seorang anak perempuan dan ayahnya yang terinfeksi H5N1 sama-sama terpapar unggas desa.
Setelah infeksi itu, tidak ada tanda-tanda penularan dari manusia ke manusia.
Sang ayah memiliki sedikit gejala dan telah keluar dari rumah sakit setelah dites negatif tiga kali.
Namun, putrinya yang berusia 11 tahun mengalami infeksi parah dan meninggal karena penyakitnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Flu Burung
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.