Minggu, 5 Oktober 2025

Tiko dan Ibu Eny, kisah keluarga yang mencoba bertahan hidup di dalam rumah besar di Jakarta

Fenomena Tiko dan Eny yang muncul menjadi bukti adanya kekuatan solidaritas sosial meski di kota besar, kata seorang sosiolog.

Hal lain yang terungkap adalah rumah yang ditempati Tiko dan Eny sempat akan disita, seperti dilaporkan seorang YouTuber, Bang Satria.

"Itu [peristiwa penyitaan] faktornya juga, kenapa mamanya Tiko selalu histeris kalau ada orang masuk. Karena pernah ingin dilelang, dan mamanya Tiko menilai orang yang masuk ini adalah orang yang mau merebut rumahnya," kata pemilik saluran YouTube Bang Satria.

Respons trauma

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Profesor Heru Nugroho, menilai reaksi penolakan Ibu Eny terhadap orang dari luar, termasuk bantuan, sebagai "respons trauma".

"Trauma karena ada [penyitaan], karena dia janda, tidak punya pendapatan, ekonominya lemah, merasakan powerless ketika berhadapan dengan kuasa-kuasa yang mau mengusir itu," kata Profesor Heru kepada BBC News Indonesia, Jumat (06/01).

Selain itu, reaksi itu juga kemungkinan karena sudah merasakan tidak ada lagi perlindungan.

"Dia merasa tidak percaya lagi pada aparat, tidak percaya pada hukum dan keadilan di negeri ini, sehingga ketika dia menolak seperti itu, jangan-jangan bukan persoalan semata-mata gengsi," lanjut Prof Heru.

Lalu fenomena yang viral ini, kata Prof. Heru, membuktikan solidaritas sosial "lebih cepat daripada policy negara dalam mengatasi problem sosial."

Fenomena Tiko dan Ibu Eny bisa jadi ada di sebelah rumah kita, di kota-kota besar lainnya. Namun, Profesor Heru meyakini orang di sekitarnya pasti akan bahu membahu mengulurkan tangan ketika ada tetangganya yang menghadapi masalah.

"Dalam situasi apa pun, sifat manusia sosial itu muncul, meskipun kita hidup di Jakarta yang individualistik," katanya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved