Senin, 6 Oktober 2025

Krisis ekonomi Sri Lanka: Pendidikan jadi hal mewah, orang tua sebut 'hanya satu anak saya yang bisa bersekolah'

Krisis ekonomi Sri Lanka mungkin tidak lagi menjadi berita utama, namun dampaknya pada pendidikan anak-anak masih terasa. Pendidikan…

Malki terlalu bersemangat untuk tetap tenang di tempat tidur.

Bocah 10 tahun ini bangun satu jam lebih awal sebelum dua adik perempuan dan dua adik laki-lakinya terjaga supaya ia bisa mengikis sisa-sisa kuteks merah cerah dari kukunya.

Ini hari pertamanya kembali ke sekolah dan ia ingin tampil serapi mungkin.

Tetapi adik-adiknya harus tinggal di rumah — keluarganya hanya mampu menyekolahkan Malki.

Enam bulan lalu, Sri Lanka dilanda krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan.

Meskipun sekarang situasi di negara kepulauan itu sebagian besar sudah kembali tenang, dampak dari pengangguran massal dan kenaikan harga yang dramatis sekarang terlihat jelas di antara banyak keluarga.

Baca juga:

Mimpi buruk setiap orang tua

Ibu Malki, Priyanthika, harus menghentikan sementara pendidikan anak-anaknya supaya mereka bisa mencari uang dengan menjual kembang api.

Harga pangan di Sri Lanka mencapai rekor termahalnya ketika level inflasi mencapai hampir 95%.

Pada hari-hari tertentu, tidak ada seorang pun di keluarga Malki yang makan.

Dan meskipun sekolah di Sri Lanka gratis, mereka tidak menyediakan makanan.

Ditambah ongkos untuk seragam dan transportasi, pendidikan telah menjadi kemewahan yang tidak lagi mampu dibeli Priyanthika.

Perempuan itu berkata ia butuh sekitar 400 rupee per hari (Rp17.000) untuk setiap anak kalau mereka ingin kembali ke sekolah.

Duduk di rumah satu kamar tidurnya, di atas ranjang yang ia bagi dengan semua anggota keluarga, Priyanthika menyeka air mata dari wajahnya.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved