Iran Memanas
Ogah Pakai Jilbab, Wartawan CNN Batalkan Wawancara dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi
Wawancara dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di New York pada Kamis (22/9) dibatalkan setelah jurnalis CNN Christiane Amanpour menolak berjilbab.
Kondisi di Iran memanas setelah hampir sepekan dilanda protes besar-besaran.
Aksi demonstrasi terjadi menyusul kematian Mahsa Amini, gadis 22 tahun yang meninggal setelah ditangkap polisi moral gara-gara cara berjilbabnya.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, ia diduga ditangkap karena mengenakan jilbab yang tidak pantas.
Sebuah kelompok non-pemerintah mengatakan sedikitnya 31 warga sipil Iran tewas karena tindakan keras aparat selama protes berlangsung.
Raisi pada Kamis (22/9/2022) lalu mengatakan bahwa "tindakan kekacauan" tidak dapat diterima.
Berbicara pada konferensi pers di New York, Raisi menambahkan bahwa dia telah memerintahkan penyelidikan atas kasus Amini.
"Ada kebebasan berekspresi di Iran tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima," katanya.

Baca juga: Ayah Mahsa Amini Sebut Otoritas Iran Berbohong soal Kematian Putrinya, Aksi Protes Terus Meluas
Raisi juga sempat mengulangi klaim resmi bahwa Amini telah meninggal karena serangan jantung atau stroke saat dalam tahanan.
Sementara itu, Pengawal Revolusi Iran meminta pengadilan untuk mengadili "pihak-pihak yang menyebarkan berita palsu dan rumor", dalam upaya untuk meredakan demonstrasi nasional.
Amerika Serikat pada Kamis menjatuhkan sanksi kepada polisi moral Iran.
Mereka dinilai melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap wanita Iran dan melanggar hak-hak pengunjuk rasa damai Iran, kata Departemen Keuangan AS.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)