Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia-Ukraina Saling Tuding atas Insiden Penembakan di PLTN Zaporizhzhia  

PLTN Zaporizhzhia direbut Rusia pada awal Maret, namun masih dijalankan oleh teknisi Ukraina di bawah pengawasan Moskow

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Azer News
PLTN Zaporizhzhia di Ukraina. Ukraina dan Rusia saling menuduh atas insiden penembakan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki pasukan Moskow. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Ukraina dan Rusia saling menuduh atas insiden penembakan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki pasukan Moskow.

Negara-negara Barat telah meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari PLTN terbesar di Eropa itu, namun sejauh ini Moskow belum menunjukkan tanda-tanda akan menarik pasukannya.

PLTN Zaporizhzhia direbut Rusia pada awal Maret, namun masih dijalankan oleh teknisi Ukraina di bawah pengawasan Moskow.

Baca juga: Analis: Perang Rusia-Ukraina Buat Ekonomi Moskow Mundur 4 Tahun dalam 1 Kuartal

PLTN Zaporizhzhia mendominasi tepi selatan waduk besar di Sungai Dnipro yang melintasi Ukraina selatan.

Gubernur wilayah Dnipropetrovsk, Valentyn Reznichenko melaporkan tiga warga sipil termasuk seorang anak laki-laki, terluka dalam penembakan yang terjadi pada Jumat malam di kota Zaporizhia.

Sementara Badan Energi Atom Ukraina, yang pekerjanya masih mengoperasikan PLTN Zaporizhzhia, mengatakan PLTN itu diserang sebanyak lima kali pada Kamis (11/8/2022) kemarin, termasuk di dekat tempat penyimpanan bahan radioaktif.

Rusia menuduh Ukraina telah menembaki pembangkit listrik itu dengan sembrono, sementara Kyiv menuding pasukan Moskow telah menyerang PLTN tersebut.

Ukraina juga menuduh Rusia menggunakan PLTN Zaporizhzhia sebagai perisai untuk melindungi mereka dari serangan yang terjadi di kota-kota terdekat yang dikuasai Ukraina.

Baca juga: Jajak Pendapat: Kepercayaan Publik Rusia terhadap Vladimir Putin Lampaui 81 Persen

"Angkatan Bersenjata Ukraina tidak merusak infrastruktur (pabrik), tidak menyerang di mana mungkin ada bahaya dalam skala global. Kami memahami bahwa penjajah bersembunyi di balik perisai seperti itu karena tidak mungkin menyerang di sana," ujar juru bicara komando militer Ukraina selatan Natalia Humeniuk, yang dikutip dari Reuters, Sabtu (13/8/2022).

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan pernyataan Ukraina 100 persen adalah omong kosong.

Para ahli nuklir khawatir pertempuran di PLTN itu dapat merusak kolam bahan bakar bekas pabrik atau reaktor.

"Tidak ada pembangkit listrik tenaga nuklir di dunia yang dirancang untuk beroperasi dalam situasi perang," kata koordinator Laporan Status Industri Nuklir Dunia (WNISR), Mycle Schneider.

Schneider menambahkan, hilangnya pasokan listrik yang diperlukan untuk menjaga reaktor tetap dingin dan kondisi psikologi pekerja PLTN Zaporizhzhia harus menjadi perhatian utama.

Baca juga: Menhan Inggris Yakin Rusia Akan Gagal, Usai 26 Negara Sokong Dana dan Senjata ke Ukraina

Selama berminggu-minggu Ukraina mengatakan pihaknya merencanakan serangan balasan untuk merebut kembali Zaporizhzhia dan provinsi Kherson dari tangan Rusia.

Gubernur regional Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan ada lebih banyak penembakan yang terjadi di kota Kramatorsk pada Jumat kemarin.

Sebuah video yang diposting di saluran Telegram Kyrylenko menunjukkan rumah-rumah pribadi mengalami kerusakan besar. Sementara Walikota Kramatorsk melaporkan penembakan tersebut telah menewaskan tiga penduduk kota itu.

Pasukan Ukraina mengatakan artilerinya menghantam gudang amunisi Rusia di dekat jembatan Sungai Dnipro yang berjarak sekitar 130 kilometer dari PLTN Zaporizhzhia. Militer Ukraina juga mengungkapkan, sekarang mereka bisa menyerang hampir semua jalur pasokan Moskow di wilayah selatan yang diduduki Rusia.

Baca juga: UPDATE Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-171: Artileri Pasukan Kyiv Hancurkan Gudang Amunisi Moskow

Seorang pejabat di wilayah Kherson, Serhiy Khlan melalui postingan Facebook-nya mengatakan pada Jumat kemarin, pasukan Ukraina menyerang jembatan keempat yang membentang di Sungai Dnipro.

"Hari ini angkatan bersenjata Ukraina menyerang jembatan terakhir, keempat, yang menghubungkan tepi kiri dan kanan. Ini berarti Rusia tidak lagi memiliki kemungkinan untuk membawa peralatan baru," kata Khlan dalam postingan Facebook-nya, yang dikutip dari Reuters.

Otoritas Rusia belum memberi tanggapan atas laporan Khlan tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved