Jumat, 3 Oktober 2025

Perang antargeng di ibu kota Haiti, masyarakat terkepung aksi kekerasan dari segala penjuru

Kelompok Hak Asasi Manusia memperkirakan sekitar 60% dari ibu kota Haiti sekarang dianggap sebagai wilayah "tanpa hukum".

Ibadah pada Minggu, 24 Juli, lalu di Gereja Persekutuan Jemaat Tuhan yang terletak di pinggiran ibu kota Haiti, Port-au-Prince, berjalan seperti banyak ibadah lainnya. Sebanyak 400 jemaat menghadiri misa itu, kata Pendeta Samual Lucien.

Peringatan: Artikel ini berisi deskripsi yang mungkin bisa mengganggu kenyamanan Anda.

Tepat pada tengah hari, sekelompok laki-laki bersenjata yang menggunakan penutup wajah memasuki gereja dan membunuh Inspektur Polisi Réginald Laleau.

Laki-laki berusia 45 tahun itu memimpin sebuah unit yang berpatroli secara rutin di wilayah yang dikuasai oleh 400 Mawozo. Ini adalah nama salah satu geng paling ditakuti di ibu kota Haiti.

"Saya mencoba mencari perlindungan, tetapi ada begitu banyak peluru, tembakan yang begitu dahsyat. Saya belum pernah mendengar tembakan seperti itu sebelumnya dalam hidup saya. Itu seperti zona perang," kata Pastor Lucien tentang peristiwa itu.

Setelah membunuh Inspektur Laleau, orang-orang bersenjata itu meninggalkan gereja, membawa jenazah polisi itu bersama mereka.

Pada malam harinya, 400 Mawozo membagikan video yang memperlihatkan pemimpin geng di sebelah tubuh Laleau yang disiksa, mengancam akan membunuh semua orang di unit Laleau.

Kalah jumlah personel dan persenjataan

Bahkan sebelum 400 Mawozo mengunggah peringatan mengerikannya, petugas polisi tahu bahwa mereka telah menjadi sasaran.

"Kami sedih melihat mereka memperlakukan petugas polisi, bagaimana mereka membunuh polisi," kata Kepala Serikat Polisi, Lionel Lazarre.

Kalah jumlah personel dan kalah senjata dari geng-geng bersenjata lengkap, para polisi yang berpenghasilan rata-rata kurang dari US$100 (sekitar Rp1,49 juta dalam kurs hari ini) sebulan, menuntut pemerintah berbuat lebih banyak untuk mendukung mereka.

"Ini mendesak. Kami membutuhkan lebih banyak dukungan dan lebih banyak peralatan," kata Lazarre. "Kami sangat membutuhkan pemerintah untuk menjadikan hal ini sebagai prioritas mereka."

Meski Lazarre mengatakan bahwa dia masih percaya bahwa polisi Haiti dapat memecahkan krisis keamanan saat ini, pembunuhan Inspektur Laleau memperlihatkan bahwa kendali geng-geng yang kejam itu sekarang mulai masuk ke ibu kota.

Baca juga:

Kota hantu

Kelompok Hak Asasi Manusia memperkirakan, sekitar 60% dari wilayah Port-au-Prince, sekarang digolongkan sebagai wilayah "tanpa hukum".

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved