Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Gazprom Takkan Terima Turbin dari Siemens, Ancaman Krisis Gas di Jerman Kian Nyata

Gazprom Rusia tidak akan menerima pengiriman turbin baru dari Jerman, guna memulihkan pasokan gas lewat jalur Nord Stream 1.

NIKOLAY DOYCHINOV / AFP
Logo raksasa energi Rusia Gazprom di salah satu pom bensin di Sofia pada tanggal 27 April 2022. Raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan pada 27 April 2022 telah menghentikan semua pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria setelah tidak menerima pembayaran di dalam Rubel dari dua anggota Uni Eropa itu. Presiden Vladimir Putin bulan lalu mengatakan Rusia hanya akan menerima pembayaran untuk pengiriman dalam mata uang nasionalnya, dengan pembeli diharuskan untuk membuat rekening rubel atau tidak mendapat gas. 

Alasannya, ada masalah teknis menyangkut turbin Siemens di stasiun kompresor. Turbin Siemens saat ini sudah siap digunakan di pabriknya di Jerman setelah diservis di Kanada.

Menurut Schroeder, pengurangan tersebut merupakan kesalahan Siemens karena perusahaan gagal mengembalikan turbin dari perbaikan di Kanada tepat waktu.

Ottawa akhirnya mengembalikan turbin itu ke Jerman, yang ditahan pengirimannya karena sanksi terhadap Rusia.

Wawancara Schroeder muncul setelah kunjungan ke Moskow pekan lalu.

Sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak gagasan menggunakan pipa gas Nord Stream 2 (SP-2) untuk menyediakan gas ke Uni Eropa.

Hal itu disampaikannya saat mengunjungi lokasi produksi Siemens Energy di kota Mülheim an der Ruhr.

“Nord Stream 1 memiliki kapasitas yang cukup. Tidak ada kekurangan,” kata Scholz, menjawab pertanyaan tentang seberapa realistis skenario peluncuran pipa Nord Stream 2 .

Dia ingat proses sertifikasi Nord Stream 2 telah dihentikan, menambahkan saat ini ada kapasitas lain untuk pasokan bahan bakar biru ke Eropa.

Sebelum Schroeder, Tino Khrupalla, pemimpin partai Alternatif untuk Jerman (AfD), menyerukan pasokan gas dari Rusia ke Jerman melalui Nord Stream 2.

Menurut politisi itu, peluncuran pipa gas akan menghindari krisis energi yang dapat memicu kerusuhan rakyat di negara itu.

Dia juga meminta Berlin meninggalkan kebijakan sanksi yang tidak masuk akal terhadap Rusia untuk menghindari bencana energi.

Pada saat yang sama, Stanislav Mitrakhovich, seorang ahli terkemuka Dana Keamanan Energi Nasional dan Universitas Keuangan di Rusia, mencatat Eropa akan benar-benar menemui kesulitan.

Penghematan gas ala Uni Eropa untuk menghindari energi krisis akan segera menimbulkan kekacauan karena penduduk negara-negara itu terbiasa kondisi nyaman.

Pada 20 Juli, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Eropa telah mengabaikan energi tradisional, dan mencoba mengandalkan sumber-sumber alternatif.

Hal inilah yang menyebabkan bencana ekonomi, harga energi merangkak naik. Pada saat yang sama, barat menimpakan masalah ke Gazprom sebagai pemasok utama energi ke Eropa.(Tribunnews.com/RT/Stern/Izvestia/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved