Konflik Rusia Vs Ukraina
Beda dari Zelensky, Putin Ogah Ucapkan Selamat Hari Kemerdekaan AS untuk Biden, Ini Alasannya
Putin ogah mengucapkan selamat Hari Kemerdekaan AS kepada Biden, alasannya tidak lepas dari hubungan AS dengan Ukraina selama invasi.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin menolak mengucapkan selamat Hari Kemerdekaan AS kepada Presiden Joe Biden, pada Senin (4/7/2022) kemarin.
Sikap Putin kepada Biden ini berbeda dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS yang jatuh pada Senin 4 Juli 2022, Zelensky dan Angkatan Udara Ukraina menyampaikan ucapan selamat.
"Selamat Hari Kemerdekaan untuk rakyat (AS) dan @POTUS!" cuit Zelensky sambil menandai akun Twitter Joe Biden.
"Saya berharap perdamaian dan kemakmuran rakyat (AS) yang bersahabat. Saya menghargai bantuan kepemimpinan Amerika Serikat dalam mempertahankan nilai-nilai bersama Ukraina - Kebebasan, Demokrasi dan Kemerdekaan."
Angkatan Udara Ukraina juga membagikan video orkestra militer tentara AS yang menyanyikan lagu kebangsaan, dengan judul "Happy Independence Day, #USA".
Baca juga: Nasib Dua Tentara Bayaran AS di Ukraina, Terancam Vonis Mati, Terkatung-katung Diabaikan Negaranya
Ucapan dari Zelensky terjadi di tengah dinginnya hubungan Rusia dengan Amerika Serikat.
Dilansir Newsweek, Kremlin pun mengkonfirmasi bahwa Putin tidak akan mengirim ucapan selamat kepada Biden atas Hari Kemerdekaan AS.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menandai bahwa keputusan ini berkaitan dengan "kebijakan tidak bersahabat" AS kepada Moskow.
"Selamat tahun ini hampir tidak dapat dianggap tepat," kata Peskov kepada wartawan melalui panggilan konferensi.
"Kebijakan Amerika Serikat yang tidak bersahabat adalah alasannya," imbuhnya.
Pemerintah Biden berulang kali menyatakan dukungannya untuk Ukraina di tengah invasi Rusia.
AS bahkan menggelontorkan bantuan militer senilai lebih dari $8,8 miliar kepada Kyiv.
Dalam KTT NATO di Madrid akhir Juni lalu, Biden menyatakan akan mendukung Ukraina selama masih diperlukan.
Presiden Biden menyebut, AS memberi Ukraina "kemampuan" untuk "terus melawan agresi Rusia".

"Saya tidak tahu bagaimana itu akan berakhir, tetapi itu tidak akan berakhir dengan kekalahan Rusia atas Ukraina di Ukraina," kata Biden.
Putin pun sangat vokal menyuarakan protesnya atas keputusan AS mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina serta sanksi-sanksi keras terhadap Moskow.
"Dan jika mereka berpikir mereka (AS) luar biasa, itu berarti semua orang adalah kelas dua," kata Putin dalam pidatonya di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg bulan lalu.
Pergerakan Rusia di Timur
Pertempuran antara Rusia dan Ukraina kini berpusat di wilayah Donbas (Donetsk dan Luhansk), Ukraina Timur.
Hari Minggu lalu, Rusia berhasil mengambil alih Lysychansk, kota terakhir di wilayah Luhansk yang masih di bawah kendali Ukraina.
"Saya berharap semuanya akan berhasil seperti yang terjadi di daerah (Luhansk)," kata Putin, menyambut kemenangan pasukannya di Lysychansk.
Staf Umum Militer Ukraina mengatakan, pasukan Rusia mulai bergerak menuju kota-kota di Donetsk, tetangga Luhansk, setelah merebut Lysychansk.
Lalu pada Senin (4/7/2022), Ukraina mengaku mengibarkan bendera di atas Pulau Ular setelah berhasil mendorong pasukan Rusia mundur dari wilayah itu.

Baca juga: 5 FAKTA Pulau Ular yang Berhasil Direbut Kembali Ukraina dari Pasukan Rusia
Ukraina telah mempertimbangkan penguasaan pulau itu sebagai langkah penting dalam melonggarkan blokade Moskow di pelabuhan selatannya.
Namun, tidak jelas apakah pasukan Ukraina akan berusaha untuk membangun kembali kehadiran permanen di sana, karena rentan terhadap pemboman.
Sebelumnya, seorang pejabat militer mengatakan kepada Guardian bahwa wilayah Laut Hitam di sekitar Pulau Ular masih merupakan "zona abu-abu".
Artinya, secara teknis, Ukraina tidak berniat membawa pasukan mereka kembali ke tempat tersebut.
Pulau Ular dikenal secara internasional ketika Rusia pertama kali merebutnya pada bulan Februari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)