Konflik Rusia Vs Ukraina
Lima Update Invasi Ukraina: Warga AS Tewas hingga Kherson Ingin Gabung Rusia
Perang Rusia-Ukraina telah berjalan selama 118 hari, berikut lima peristiwa terbaru dari konflik ini.
TRIBUNNEWS.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina telah berjalan selama 118 hari, sejak Putin mengirim pasukannya pada 24 Februari lalu.
Pertempuran kini terpusat di wilayah Donbas, Ukraina timur.
Berikut lima peristiwa terkini, dilansir Al Jazeera:
1. Ribuan Warga Sipil Ukraina Ditahan
Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, mengatakan bahwa lebih dari 1.500 warga sipil Ukraina ditahan di penjara Rusia.
“Mereka berada di Rostov, Kursk, mereka berada di penjara, mereka ditahan sebagai tawanan perang, meskipun seharusnya tidak,” kata Vereshchuk, dalam laporan media pemerintah, Ukrinform.
Menurutnya, warga sipil yang dipenjara di antaranya sukarelawan, aktivis, jurnalis, imam, wakil dewan lokal dan kepala badan pemerintah lokal.
2. Warga AS Tewas di Ukraina
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa seorang warga negaranya tewas dalam pertempuran di Ukraina pada bulan lalu.
Ia meninggal setelah bergabung dengan ribuan tentara asing lainnya untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
Menurut berita kematian yang diterbitkan di The Recorder, Stephen Zabielski (52) tewas dalam pertempuran pada 15 Mei lalu.
Kabar ini mulai ramai diberitakan media pada Senin kemarin.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi kematian Zabielski di Ukraina.
Pihaknya kembali memperingatkan warga AS agar tidak mengunjungi Ukraina karena konflik dan potensi ditangkap pihak Rusia.
Selain itu, warga AS di Ukraina diminta segera kembali.
3. Kherson Ingin Gabung Rusia

Referendum di wilayah Kherson Ukraina untuk bergabung dengan Rusia, akan diadakan musim gugur ini, kata pihak berwenang yang memproklamirkan diri di wilayah itu, menurut kantor berita Rusia, RIA.
“Kami sedang mempersiapkan referendum. Setelah referendum, kami akan menjadi subjek penuh dari Federasi Rusia,” kata Kirill Stremousov, wakil kepala pemerintahan militer-sipil yang memproklamirkan diri di wilayah tersebut, seperti dilaporkan RIA.
“Tidak lama lagi kita akan dapat merasakan diri kita sebagai warga negara yang lengkap dari negara besar Rusia,” tambah Stremousov.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang waktunya.
Adapun musim gugur di Rusia berlangsung dari September hingga November.
4. Prediksi Pertempuran di Severodonetsk

Institute for the Study of War, mengutip pernyataan pejabat Ukraina, melaporkan bahwa minggu depan akan menjadi penentu bagi upaya Rusia merebut kota timur Severodonetsk, di Luhansk.
Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Maliar, mengatakan bahwa Rusia menetapkan batas waktu 26 Juni bagi pasukannya untuk mencapai perbatasan administratif wilayah Luhansk.
“Yang kemungkinan akan menghasilkan upaya intensif untuk mengambil kendali penuh atas Severodonetsk dan bergerak ke barat menuju perbatasan,” kata ISW.
Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa laporan Gubernur Luhansk bahwa Rusia menguasai semua Severodonetsk selain dari zona industri adalah "konfirmasi eksplisit pertama Ukraina bahwa pasukan Rusia mengendalikan semua Severodonetsk dengan pengecualian pabrik Azot."
“Pasukan Rusia kemungkinan akan melanjutkan upaya untuk membersihkan pabrik Azot dan menyelesaikan operasi pengepungan di selatan Severodonetsk dan Lysychansk dengan mengemudikan jalan raya T1302 Bakhmut-Lysychansk,” kata ISW.
5. Peraih Nobel Jual Medalinya

Jurnalis Rusia peraih Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun lalu, Dmitry Muratov, melelang medalinya seharga $103,5 juta.
Aksi ini ia lakukan untuk mengumpulkan uang bagi anak-anak terlantar yang terdampak invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam pernyataan badan pelelangan Heritage Auctions, seluruh uang dari penjualan medali Nobel akan digunakan untuk aksi kemanusiaan itu.
Muratov, editor surat kabar Novaya Gazeta, yang sangat kritis terhadap Kremlin memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Maria Ressa dari Filipina.
Novaya Gazeta, salah satu outlet berita independen terakhir Rusia, akhir Maret lalu mengatakan akan menangguhkan operasi sampai akhir perang di Ukraina.
Ini dilakukan setelah media tersebut mendapat peringatan kedua dari pemerintah, karena diduga melanggar hukum.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)