Gedung Putih Melunak ke Venezuela, Incar Kembali Pasokan Minyak ke AS
Venezuela yang dipimpin tokoh sayap sosialis, merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar kedua di dunia.
Tetapi karena Biden melarang impor minyak Rusia dan mendorong Eropa untuk melakukan hal yang sama, nasib tujuh juta barel minyak yang dipompa Rusia setiap hari jadi masalah krusial.
Kepala OPEC Mohammed Barkindo menyebut pelarangan impor minyak Rusia sebagai hal yang mustahil.
"Tidak ada kapasitas di dunia yang dapat menggantikan 7 juta barel per hari [Rusia]," kata Barkindo kepada wartawan baru-baru ini.
Baca juga: Iran Ingatkan AS Tidak Ganggu Kiriman Minyak Mereka ke Venezuela
Baca juga: AS Tak Terima Iran Kirim Minyak untuk Venezuela, Siap Jatuhkan Sanksi kepada Semua yang Membantu
Reaksi Marah Politisi Republik
Politisi Republik dan media sayap kanan AS bereaksi lewat kemarahan menyusul upaya pemulihan hubungan AS dan Venezuela.
"Joe Biden menggunakan #Rusia sebagai alasan untuk melakukan kesepakatan yang selalu ingin mereka lakukan dengan #MaduroRegime," cuit Senator Republik Florida Marco Rubio.
“Daripada menghasilkan lebih banyak minyak Amerika, dia ingin mengganti minyak yang kita beli dari seorang diktator pembunuh dengan minyak dari diktator pembunuh lainnya,” lanjutnya.
Partai Republik mengklaim kekurangan bahan bakar yang disebabkan sanksi barat menunjukkan perlunya melonggarkan peraturan penggunaan bahan bakar fosil di AS.
Demokrat sebagian besar menggemakan retorika agresif Rubio tentang dimulainya kembali hubungan dengan Venezuela.
Senator Bob Menendez (D-NJ) menyebut Maduro sebagai "kanker di belahan bumi kita." Namun krisis minyak bagi industry AS dan Eropa meninggalkan konsekuensi berbahaya.
"Sangat jelas penolakan terhadap minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global," kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak.
"Lonjakan harga tidak dapat diprediksi. Itu akan menjadi $300 per barel jika tidak lebih."
Saul Kavonic, analis industri energi Credit Suisse, juga menekankan sulitnya menahan pasokan bahan bakar dalam keadaan seperti itu.
“Ketika Anda mengalami periode kekurangan investasi yang berkepanjangan, Anda tidak bisa begitu saja membalik tombol dan mengembalikannya dalam semalam,” katanya kepada New York Times.
“Secara harfiah semua opsi harus ada di atas meja dalam hal sumber pasokan alternatif,” kata Kavonic.