Kebayoran Baru dulu dan sekarang: Kisah perumahan Peruri, rumah Jengki, hingga CSW
Dibangun pada 1940-an, Kebayoran Baru adalah 'kota satelit' pertama di Indonesia, dan dahulu letaknya di luar Jakarta. Kini ada upaya untuk
PDA pernah melakukan penelitian dan mendokumentasikan bangunan-bangunan lama di Kebayoran Baru.
Dari peta perencanaan Kebayoran Baru, pemerintah - menggandeng swasta - menyiapkan berbagai model perumahan, mulai lahan untuk instansi pemerintah (kelas rumah kecil, sedang, besar), perusahaan swasta, hingga perkantoran pemerintah.
Baca juga:
- 'Apakah kamu ingin pamerkan celana kolorku?' — Mengapa Bung Karno membongkar rumah Proklamasi yang bersejarah
- Rumah Menlu Pertama RI yang dijual, 'Kami tak mampu merawatnya'
- Sumpah Pemuda 92 tahun: Jejak Sie Kong Lian di rumah Jalan Kramat Raya 106
"Ada pula lahan yang disiapkan untuk pasar, tempat hiburan, keagamaan, taman, hingga kompleks pekuburan," ungkap Nadia.
Disebutkan, proyek pembangunan ini dibidani oleh perusahaan swasta bernama Yayasan Pemugaran Pusat atau Centrale Stichting Wederopbouw (CSW).
Dalam konsepnya, kota Satelit pertama di Indonesia itu dibuat dengan sistem blok, dari Blok A hingga Blok S, kata Ade Purnama, pendiri komunitas Sahabat Museum.
"Blok M dan A mungkin sudah banyak dikenal, tapi banyak juga yang tidak begitu populer, seperti Blok B, Blok C. Nah, Blok E itu Pasar Mayestik sekarang," paparnya.
Baca juga:
- Pengrusakan situs Majapahit: 'Ada saksi yang diancam dengan pistol'
- Situs Majapahit ditemukan di Kota Malang: 'Ada yang menemukan emas, lalu dijual'
- Menyelamatkan kota tua Jakarta dari kehancuran
Seperti apa wajah Kebayoran Baru sekarang?
Seiring perubahan pesat di ibu kota Jakarta, wajah kota satelit Kebayoran Baru, kini, sudah banyak berubah.
Walaupun tidak memiliki data secara persis, Nadia Purwestri, pimpinan Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA), menduga bangunan 'asli' di kawasan itu tinggal "antara 5% dan 30% yang tersisa".
"Karena begitu masifnya pembangunan di kawasan itu, dan Kebayoran Baru sudah masuk di tengah kota Jakarta, sebagai kawasan yang menjadi perlintasan," papar Nadia.
Sebagai kawasan perlintasan, Nadia memberikan contoh, kawasan Kebayoran Baru 'dilintasi' jalan layang, jalur MRT serta jalur layang busway.
"Kalau menurut saya, itu yang merusak Kebayoran Baru," ujarnya.
Baca juga:
- Siapa manusia Indonesia? 'Tidak ada pribumi atau non-pri, kita semua pendatang'
- Cornelis Chastelein, ' Belanda Depok' dan daerah otonom zaman kolonial
- Mengungkap Kastel Batavia yang terkubur zaman - bisakah jadi cagar budaya Jakarta?