Kebayoran Baru dulu dan sekarang: Kisah perumahan Peruri, rumah Jengki, hingga CSW
Dibangun pada 1940-an, Kebayoran Baru adalah 'kota satelit' pertama di Indonesia, dan dahulu letaknya di luar Jakarta. Kini ada upaya untuk
Kebayoran Baru, salah-satu kawasan permukiman dan pusat bisnis di selatan Jakarta, adalah kota satelit pertama di Indonesia.
Dibangun pada akhir 1940-an, Kebayoran Baru disiapkan sebagai kota berfasilitas lengkap, mulai perumahan, pendidikan, tempat hiburan, taman, hingga kompleks pekuburan.
Saat ini, berbagai fasilitas umum itu masih bisa dijumpai jejak-jejaknya, meskipun wajah lamanya banyak yang berubah, seiring perubahan pesat di ibu kota.
Itulah sebabnya, sebagian bangunan dan lanskap yang dulu menjadi ciri Kebayoran Baru, sekarang telah berganti wajah dan fungsi.
Namun demikian, masih ada struktur bangunan lama yang tersisa, dan kini ada upaya dari sejumlah orang dan para pihak yang peduli guna melestarikannya.
Seperti apa wajah Kebayoran Baru pada awal pembangunannya, dan bagaimana keadaannya sekarang?
Mengapa upaya pelestarian bangunan lama dan bersejarah di kawasan itu dianggap penting?
Pada April lalu, saya mewawancarai tiga orang yang memiliki kepedulian atas kawasan itu. Sesuai latar belakang profesinya, mereka memiliki "cara sendiri" untuk terlibat di dalamnya.
Saya juga mendatangi bekas kompleks perumahan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), tidak jauh dari Blok M, yang telah 'disulap' menjadi pusat jajanan M Bloc Space.
Baca juga:
- Rumah-rumah 'jengki: Kembalinya selera budaya era 1950-an
- Masjid kuno 'multi etnik' Angke yang dirancang dan dibangun warga Tionghoa
- Revitalisasi Kota Tua Semarang, antara pelestarian bangunan bersejarah dan menghadirkan 'Disneyland' demi pelancong
Mengapa 'kota satelit' Kebayoran Baru dibangun?
Di awal pembangunannya, pada akhir 1940-an, kawasan Kebayoran Baru terletak 'di luar' Jakarta.
Lokasinya berjarak sekitar 4,5km dari batas selatan ibu kota Jakarta - kini di sekitar Dukuh Atas, di dekat Stasiun KRL Sudirman.
Awalnya, proyek kota satelit Kebayoran Baru disiapkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1948, lalu dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.
Dibangun di atas lahan sekitar 730 hektar, Kebayoran Baru dirancang sebagai kota berfasilitas lengkap.