Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pidato di Hari yang Sama, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky Sama-sama Klaim Menangkan Perang

Presiden kedua negara, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky sama-sama berpidato pada hari bersejarah tersebut.

Editor: Hasanudin Aco
ISTIMEWA
Foto dari kiri ke kanan: Volodymyr Zelenskyy, Vladimir Putin 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Perayaan Hari Kemenangan yang menandai menyerahnya Nazi Jerman kepada Uni Soviet diperingati oleh Rusia dan Ukraina yang kini tengah berperang, Senin (9/5/2022).

Presiden kedua negara, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky sama-sama berpidato pada hari bersejarah tersebut.

Putin menghadiri parade Hari Kemenangan megah di Lapangan Merah, Moskow.

Rusia memamerkan barisan prajurit dan perlengkapan militer untuk memperingati peran Uni Soviet pada Perang Dunia Kedua lalu.

Ketika berpidato, Putin tidak menyinggung langkah Rusia untuk mengakhiri perang.

Dia justru lebih banyak menegaskan klaim Ukraina dan NATO adalah “ancaman” Rusia.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Belum Tunjukan Tanda-tanda Berakhir, Jokowi Minta Setkab Gelar Rapat Mingguan

Putin mengaku pihaknya berhak meluncurkan serangan pendahuluan (pre-emptive strike) karena ekspansi NATO ke Eropa Timur.

Ia menjustifikasi invasi ke Ukraina untuk mencegah perang “yang tidak bisa dielakkan” lawan NATO.

“Bahaya semakin meningkat dari hari ke hari. Rusia memutuskan respons pendahuluan terhadap agresi. Ini (invasi ke Ukraina) terpaksa, tepat waktu, dan satu-satunya keputusan yang benar,” kata Putin dalam pidatonya sebagaimana dikutip Associated Press.

Walaupun telah memfokuskan agresi ke kawasan Donbass usai gagal merebut Kiev, pasukan Rusia urung mencapai kemajuan berarti.

Sejumlah kalangan khawatir Putin akan mendeklarasikan secara resmi perang lawan Ukraina dan mengumumkan mobilisasi massal untuk menyokong agresi.

Perang yang semakin panjang di Ukraina menghadirkan tantangan tersendiri bagi Rusia, mengingat sumber daya perang konvensional mereka yang menipis dan bantuan senjata konstan untuk rezim Kiev.

Di lain sisi, kegagalan Rusia di Ukraina sejauh ini pun mesti dibayar mahal dengan sanksi meluas yang menjerat ekonomi Rusia.

Pidato Presiden Ukraina

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga berpidato sendiri dari Kiev pada Hari Kemenangan.

Dia menegaskan tekad Ukraina yang tidak akan kalah dalam perang ini.

“Secepatnya, akan ada dua Hari Kemenangan di Ukraina. Dan satu pihak (Rusia) tidak akan memiliki apa pun. Kami menang dulu. Kami akan menang sekarang,” kata Zelensky.

Volodymyr Zelenskyy memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa serangan Rusia akan memburuk menjelang Hari Kemenangan.

Beberapa kota di Ukraina mengumumkan jam malam atau memperingatkan orang-orang agar tidak berkumpul di tempat umum.

Presiden Rusia Vladimir Putin diyakini ingin memproklamirkan semacam kemenangan di Ukraina ketika dia berpidato di depan pasukan di Lapangan Merah.

"Mereka tidak punya apa-apa untuk dirayakan," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada CNN. 

“Mereka belum berhasil mengalahkan Ukraina. Mereka belum berhasil memecah belah dunia atau memecah belah NATO. Dan mereka hanya berhasil mengasingkan diri secara internasional dan menjadi negara paria di seluruh dunia,” ujarnya.

Peningkatan serangan Rusia sudah mulai dirasakan Ukraina.

Pada Minggu (8/5/2022), Rusia menyerang sekolah yang menewakan lebih dari 60 orang.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan keterkejutannya akan serangan Rusia terhadap sebuah sekolah di kota Bilohorivka, Ukraina, Minggu (8/5/2022). 

Juru bicara PBB mengatakan pada hari Minggu bahwa Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menegaskan kembali bahwa warga sipil dan infrastruktur sipil harus diselamatkan di bawah hukum internasional.

“Perang ini harus diakhiri, dan perdamaian harus ditegakkan sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional. PBB dan mitra kemanusiaannya di Ukraina akan terus mendukung mereka yang hidupnya telah hancur karena perang,” ujar Juru bicara PBB Stephane Dujarric seperti dikutip dari The Associated Press.

Lebih dari 60 orang diduga tewas akibat serangan ini. Sebuah bom Rusia meratakan sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat perlindungan. “Warga sipil harus membayar harga tertinggi dalam perang,” ujar Guterres.

Pihak berwenang mengatakan sekitar 90 orang telah berlindung di ruang bawah tanah. Kru darurat menemukan dua mayat dan menyelamatkan 30 orang, tetapi kemungkinan besar 60 orang yang masih berada di bawah reruntuhan sudah tewas. Informasi ini dituliskan Gubernur Provinsi Luhansk Serhiy Haidai di aplikasi pesan Telegram.

Penembakan Rusia juga menewaskan dua anak laki-laki, usia 11 dan 14 tahun, di kota terdekat Pryvillia, katanya. Luhansk adalah bagian dari Donbas, jantung industri di timur yang ingin direbut oleh pasukan Rusia.

Rusia masih berjuang untuk menyelesaikan pengambilalihan Mariupol, yang sebagian besar telah menjadi puing-puing.

Wanita terakhir, anak-anak dan warga sipil yang berlindung dengan para pejuang di pabrik Azovstal dievakuasi pada hari Sabtu.

Bus yang membawa lebih dari 170 pengungsi dari pabrik baja dan bagian lain Mariupol tiba di kota Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina pada Minggu, kata pejabat PBB.

Pasukan Ukraina di pabrik baja telah menolak tenggat waktu yang ditetapkan oleh Rusia untuk meletakkan senjata mereka.

Kapten Sviatoslav Palamar, wakil komandan Resimen Azov Ukraina, sebuah unit yang memegang pabrik baja, mengatakan tempat itu menjadi akan menjadi sasaran serangan pesawat tempur, artileri dan tank.
 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved