Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pidato di Hari yang Sama, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky Sama-sama Klaim Menangkan Perang

Presiden kedua negara, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky sama-sama berpidato pada hari bersejarah tersebut.

Editor: Hasanudin Aco
ISTIMEWA
Foto dari kiri ke kanan: Volodymyr Zelenskyy, Vladimir Putin 

Dia menegaskan tekad Ukraina yang tidak akan kalah dalam perang ini.

“Secepatnya, akan ada dua Hari Kemenangan di Ukraina. Dan satu pihak (Rusia) tidak akan memiliki apa pun. Kami menang dulu. Kami akan menang sekarang,” kata Zelensky.

Volodymyr Zelenskyy memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa serangan Rusia akan memburuk menjelang Hari Kemenangan.

Beberapa kota di Ukraina mengumumkan jam malam atau memperingatkan orang-orang agar tidak berkumpul di tempat umum.

Presiden Rusia Vladimir Putin diyakini ingin memproklamirkan semacam kemenangan di Ukraina ketika dia berpidato di depan pasukan di Lapangan Merah.

"Mereka tidak punya apa-apa untuk dirayakan," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, kepada CNN. 

“Mereka belum berhasil mengalahkan Ukraina. Mereka belum berhasil memecah belah dunia atau memecah belah NATO. Dan mereka hanya berhasil mengasingkan diri secara internasional dan menjadi negara paria di seluruh dunia,” ujarnya.

Peningkatan serangan Rusia sudah mulai dirasakan Ukraina.

Pada Minggu (8/5/2022), Rusia menyerang sekolah yang menewakan lebih dari 60 orang.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan keterkejutannya akan serangan Rusia terhadap sebuah sekolah di kota Bilohorivka, Ukraina, Minggu (8/5/2022). 

Juru bicara PBB mengatakan pada hari Minggu bahwa Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menegaskan kembali bahwa warga sipil dan infrastruktur sipil harus diselamatkan di bawah hukum internasional.

“Perang ini harus diakhiri, dan perdamaian harus ditegakkan sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional. PBB dan mitra kemanusiaannya di Ukraina akan terus mendukung mereka yang hidupnya telah hancur karena perang,” ujar Juru bicara PBB Stephane Dujarric seperti dikutip dari The Associated Press.

Lebih dari 60 orang diduga tewas akibat serangan ini. Sebuah bom Rusia meratakan sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat perlindungan. “Warga sipil harus membayar harga tertinggi dalam perang,” ujar Guterres.

Pihak berwenang mengatakan sekitar 90 orang telah berlindung di ruang bawah tanah. Kru darurat menemukan dua mayat dan menyelamatkan 30 orang, tetapi kemungkinan besar 60 orang yang masih berada di bawah reruntuhan sudah tewas. Informasi ini dituliskan Gubernur Provinsi Luhansk Serhiy Haidai di aplikasi pesan Telegram.

Penembakan Rusia juga menewaskan dua anak laki-laki, usia 11 dan 14 tahun, di kota terdekat Pryvillia, katanya. Luhansk adalah bagian dari Donbas, jantung industri di timur yang ingin direbut oleh pasukan Rusia.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved