Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Barat Diminta Kalahkan Rusia di Ukraina untuk Mencegah Putin Lakukan Invasi ke Negara Lain

Negara Barat diminta harus berjuang untuk mengalahkan Rusia. Hal ini untuk mencegah Vladimir Putin melakukan invasi ke negara lain.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
Sergei SUPINSKY / AFP
Seorang penggali dan pekerja komunal membersihkan puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman, di kota Borodianka, Ukraina, di wilayah Kyiv pada 17 April 2022. Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Negara Barat diminta harus berjuang untuk mengalahkan Rusia.

Hal ini untuk mencegah Vladimir Putin melakukan invasi ke negara lain.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh  Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dalam wawancaranya bersama New York Times, Selasa (3/5/2022).

"Saya pikir ambisi kami harus mengalahkan agresi Rusia di Ukraina dan mengamankan mundurnya Rusia atas apa yang telah mereka lakukan," kata mantan pemimpin Partai Buruh itu, dikutip dari Daily Mail.

"Jelas kepentingan Barat untuk memastikan (Putin) segan untuk melakukan ini lagi. Karena itu merupakan tindakan luar biasa dari agresi tak beralasan, di sini di ambang pintu Uni Eropa," tambahnya.

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair ((AP Photo/Alastair Grant))

Tony mengaku telah mengatakan kepada Putin bahwa Barat tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Rusia saat ia masih menjabat.

Tetapi, menurut Tony, Putin pada tahun 2005 telah menjadi 'benar-benar terobsesi' dengan gagasan bahwa Barat menentangnya.

Tony pun membantah terkait kaitan invasi Inggris dan AS ke Irak beberapa waktu silam terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Putin Diyakini akan Segera Menyatakan Perang kepada Ukraina di Tanggal 9 Mei

Menurut Tony, invasi Inggris dan AS ke Irak sama sekali berbeda dengan invasi yang dilakukan Putin.

"Bahkan jika Anda sepenuhnya menentang apa yang kami lakukan di Irak atau di Afghanistan.. Saddam Hussein memulai dua perang regional, membunuh ribuan orang... rakyatnya pasti ingin menyingkirkannya."

"Ini tidak sama dengan pergi ke negara yang tidak pernah menimbulkan masalah bagi tetangganya, telah mendapatkan presiden yang dipilih secara demokratis, dan mencoba menggulingkan mereka."

"Kedua situasi itu tidak dalam bentuk atau bentuk apa pun yang serupa," tegasnya.

Soal Ketergantungan Gas Eropa ke Rusia

Di sisi lain, Tony ikut menanggapi terkait ketergantungan Eropa pada gas dan minyak Rusia.

Tony pun memuji para pemimpin Eropa karena mengambil langkah-langkah untuk membatasi ketergantungan energi mereka.

Dia juga mengklaim telah berbicara dengan Mantan Presiden AS, Barack Obama tentang menarik diri dari energi Rusia setelah aneksasi Krimea pada tahun 2014.

"Transisi energi di Eropa akan menjadi sangat nyata. Kita seharusnya melakukannya setelah Krimea. Saya ingat saat berdebat dengan orang-orang di pemerintahan Obama tentang hal itu... Tapi kemudian, Anda tahu, seperti yang terjadi dalam politik, segalanya berubah."

Baca juga: Rusia Menjarah Kendaraan Pertanian Rp 72,6 Miliar dari Ukraina lalu Dikirim ke Chechnya

Baca juga: Dibayangi Larangan Impor dari Rusia oleh Uni Eropa, Harga Minyak Kembali Naik

"Untuk banyak negara Eropa ini, beberapa di antaranya lebih dari 50 persen bergantung pada energi Rusia. Jadi mereka, mereka bergerak dari itu dan mencari pasar baru dengan kecepatan luar biasa dan dengan sejumlah penderitaan ekonomi internal... Sekarang Anda sudah menghadapi krisis biaya hidup hampir di seluruh Eropa. Anda mendapat kenaikan harga, kenaikan inflasi."

"Anda dapat mengatakan (negara-negara Uni Eropa) harus melangkah lebih jauh dan berbuat lebih banyak, dan saya pikir mereka akan melangkah lebih jauh dan mereka akan berbuat lebih banyak. Tapi apa yang telah mereka lakukan sampai sekarang, itu adalah tampilan solidaritas yang cukup mengesankan," jelasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved