Kamis, 2 Oktober 2025
Deutsche Welle

Jerman: Jalan Panjang Tinggalkan Pasifisme

Jerman sepakat mengirimkan persenjataan berat ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia. Proses menuju apa yang disebut sebagai "pergantian…

Saat itu, Scholz menjawab dengan nada merendahkan, betapa "para laki-laki dan perempuan muda ini harus diingatkan, bahwa karena saya tidak melakukan apa yang kalian inginkan, maka saya memimpin."

Kini, dengan keputusan bulat Bundestag, Scholz bisa bernafas lega. "Selaras dengan Piagam PBB, Jerman akan mengirimkan senjata untuk pertahanan diri kepada Ukraina dan menyetujui pengiriman dari negara ketiga." Hal terpenting adalah "percepatan pengiriman senjata berat, efektif dan sistem yang rumit oleh Jerman." Namun begitu, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Akhir netralitas

Saat ini kantor Kekanseliran masih disibukkan oleh pertanyaan, seberapa jauh sebuah negara bisa membantu Ukraina tanpa dianggap sebagai musuh oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pemimpin Kremlin itu sempat mengancam negara-negara NATO dengan "serangan kilat" jika terbukti melakukan intervensi. Belum lama ini, Scholz mewanti-wanti terhadap meletusnya perang nuklir. Dalam wawancara dengan mingguan "Der Spiegel" , dia melihat prioritas utama pemerintahannya terletak pada upaya mencegah perang melebar ke negara NATO.

Tapi siapa yang bisa menebak reaksi Putin? Atau seberapa jauh Jerman bisa mencampuri perang di Ukraina tanpa memprovokasi Rusia? Skenario tersebut menempatkan angkatan bersenjata Jerman-Bundeswehr dalam posisi pelik. Menteri Pertahanan, Christine Lambrecht, baru-baru ini menghitung bahwa militer Jerman "di atas kertas" memiliki 350 panser infanteri, padahal yang siap pakai hanya berjumlah 150 buah. Sementara dari 51 helikopter tempur yang ada, hanya sembilan yang bisa terbang secara berkala.

Masalah ini mencuatkan pertanyaan, apakah anggaran khusus sebesar 100 miliar Euro akan cukup untuk memodernisasi Bundeswehr. Bagi mereka yang berpengalaman memantau proses panjang pengadaan alutsista, pertanyaan itu akan mendesak untuk dijawab dalam beberapa tahun ke depan.


rzn/as

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved