Konflik Rusia Vs Ukraina
Donald Trump Sebut Invasi Ukraina Tidak akan Terjadi Jika Ia Masih Berada di Gedung Putih
Donald Trump mengklaim Vladimir Putin tidak akan pernah menginvasi Ukraina jika dia masih berada di Gedung Putih.
TRIBUNNEWS.COM - Donald Trump mengklaim Vladimir Putin tidak akan pernah menginvasi Ukraina jika dia masih menjabat di Gedung Putih.
Dilansir Independent, Trump baru saja menggelar rapat umum Make America Great Again (MAGA) di Michigan, Sabtu (2/3/2022) malam waktu setempat.
Presiden satu periode itu berkata kepada kerumunan bahwa ia kaget melihat serangan Kremlin terhadap Ukraina.
Trump mengaku ia berpikir Putin hanya berniat menegosiasikan suatu kesepakatan yang besar.
"Saya pikir dia bernegosiasi," ujar Trump tentang invasi Putin.
"Dia memiliki 150.000 tentara di perbatasan, saya pikir dia akan membuat kesepakatan besar."
Baca juga: Donald Trump Sebut Joe Biden Pelit, Sindir Kasus Bisnis Hunter Biden di Ukraina
Baca juga: Donald Trump: Biden Tidak Bisa Menghentikan Krisis Ukraina karena Takut Nuklir Rusia

Trump berpikir bahwa Moskow melakukan invasi karena meliha cara pasukan AS meninggalkan Afghanistan Agustus lalu.
"Saya pikir ketika dia (Putin) melihat apa yang terjadi di Afghanistan, cara kita berlari, kita tidak memiliki satu tentara tewas di sana dalam 18 bulan, saya katakan Abdul tidak akan ada lagi tentara kami yang terbunuh. Tidak ada satu orang pun yang terbunuh selama 18 bulan dan Biden bahkan mengatakan itu," katanya.
"Kemudian kami kehilangan 13 orang, tetapi mereka tidak berbicara tentang betapa mengerikannya mereka yang terluka."
"Invasi ke Ukraina ini tidak akan pernah terjadi jika saya berada di Gedung Putih, tidak akan pernah terjadi, tidak akan pernah."
"Saya mengenal Putin dengan sangat baik, dan Anda tahu mereka berkata 'Oh, dia tahu Putin', itu hal yang baik, hal yang baik, bukan hal yang buruk. Saya tahu Kim Jong-un, saya tahu Presiden Xi dari China dan Anda tahu kami tidak memiliki konflik, ingat?"
Baca juga: Donald Trump Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Gagal hingga Presiden Vladimir Putin Bakal Makin Kejam
Baca juga: Fotografer Situs Berita Ukraina, Maksim Levin Tewas saat Meliput Perang
Trump kemudian menambahkan bahwa Taliban sekarang memiliki peralatan militer AS senilai $85 miliar yang tertinggal di Afghanistan.
Ia menyarankan bahwa Amerika mungkin "harus masuk dan mengambilnya kembali."
Ia kemudian mengejek Joe Biden karena "penurunan mental dan fisiknya" terhadap suara persetujuan dari para pendukungnya.
"Saya tidak berpikir kita pernah memiliki waktu di negara kita di mana kita merasa sangat rendah dan sangat sedih."
"Kita sedang menjalani periode paling berbahaya dalam hidup kita dan kita memiliki seorang presiden yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, apa yang dia lakukan, apa yang dia katakan atau di mana dia berada, selain itu dia melakukan pekerjaan yang sangat baik," katanya.
"Mungkin tidak ada yang bisa kami lakukan untuk mencegah penurunan mental dan fisik Joe Biden, tetapi dengan suara Anda November ini kita dapat menghentikan kemunduran negara kita dan Membuat Amerika Hebat Lagi."
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-39, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Korban Tewas Akibat Serangan Rudal Rusia di Wilayah Mykolaiv Ukraina Meningkat Jadi 36 Orang
Selain menyinggung Biden dalam pidatonya, Trump juga mengalihkan perhatiannya ke sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.
Psaki dilaporkan meninggalkan pemerintahan Biden untuk bergabung dengan MSNBC.
Trump menggambarkan Psaki sebagai "wanita dengan rambut merah yang sangat indah" dan mengklaim jaringan berita sedang itu mencoba untuk mempekerjakannya karena mereka membutuhkan wanita berambut merah di line-up mereka.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)