Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pembicaraan Gencatan Senjata Rusia dan Ukraina di Turki Gagal Capai Kesepakatan 

Pembicaraan antara Ukraina dan Rusia di Turki berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata, Kamis (10/3/2022).

Reuters via Aljazeera
Menlu Rusia, Sergei Lavrov (kiri) dan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba (kanan) yang direncanakan bertemu pada Kamis (10/3/2022) di selatan Turki dalam sebuah forum diplomatik. 

TRIBUNNEWS.COM - Pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba dan mitranya dari Rusia Sergei Lavrov di Turki berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata, Kamis (10/3/2022).

Dilansir The Guardian, perundingan antara Rusia dan Ukraina berlangsung di dekat Antalya.

Pertemuan tersebut terjadi di tengah curahan kemarahan internasional atas serangan Rusia terhadap rumah sakit bersalin di kota Mariupol, yang menewaskan sedikitnya tiga orang, termasuk satu anak.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim serangan yang juga melukai wanita hamil dan mengancurkan 600 ranjang rumah sakit sebagai bukti nyata "genosida".

Baca juga: UNICEF: Jumlah Pengungsi Anak dari Ukraina Lebih dari 1 Juta

Baca juga: Rusia Siap Akhiri Krisis Ukraina tapi Sindir Eksperimen Patogen AS di Sana

Screenshot video yang dirilis oleh Kepolisian Nasional Ukraina pada 9 Maret 2022, menunjukkan bangunan rumah sakit anak yang rusak, mobil yang hancur, dan puing-puing di tanah setelah serangan udara Rusia di kota tenggara Mariupol.
Screenshot video yang dirilis oleh Kepolisian Nasional Ukraina pada 9 Maret 2022, menunjukkan bangunan rumah sakit anak yang rusak, mobil yang hancur, dan puing-puing di tanah setelah serangan udara Rusia di kota tenggara Mariupol. (HANDOUT / NATIONAL POLICE OF UKRAINE / AFP)

Tak tinggal diam, pemimpin dunia juga bereaksi terhadap serangan tersebut.

Gedung Putih menyebut serangan di rumah sakit bersalin Mariupol sebaagai serangan barbar.

Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengaku yakin tindakan manusiawi, kejam, dan tragis itu bisa menjadi kejahatan perang.

Ketika kekerasan terus berlanjut di Ukraina, kondisi kota Mariupol yang terkepung semakin mengerikan.

Penduduk kota pelabuhan itu dilaporkan mengalami krisis bahan makanan.

"Ratusan ribu orang tidak memiliki makanan, air, panas atau listrik," kata Wakil Kepala Delegasi Palang Merah Internasional Sasha Volkov.

Pejabat Ukraina mengatakan 1.207 mayat dikumpulkan dari jalan-jalan di sana dalam beberapa hari terakhir.

Korban meninggal dimakamkan dalam kuburan massal.

Baca juga: Agresi Militer Rusia ke Ukraina Picu Bursa Global Rontok Tapi IHSG Malah Kinclong, Kok Bisa?

Setengah penduduk Kyiv mengungsi

Sementara itu, Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko melaporkan bahwa setengah dari total penduduk ibu kota telah mengungsi saat pasukan Rusia menuju kota.

Badan Pengungsi PBB menerangkan 2,3 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak perang dimulai dua pekan lalu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved