Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Inggris dan AS Curiga Rusia akan Gunakan Senjata Kimia di Ukraina, Singgung Perang Suriah

Inggris dan Amerika Serikat khawatir Rusia 'mengatur panggung' untuk menggunakan senjata kimia di Ukraina.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
AFP/SERGEY BOBOK
Foto ini diambil pada 27 Februari 2022 menunjukkan sebuah kendaraan pengangkut personel lapis baja Rusia (APC) terbakar di samping tubuh tentara tak dikenal selama pertempuran dengan angkatan bersenjata Ukraina di Kharkiv. - Pasukan Ukraina mengamankan kendali penuh atas Kharkiv pada 27 Februari 2022 menyusul pertempuran jalanan dengan pasukan Rusia di kota terbesar kedua di negara itu, kata gubernur setempat. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) 

Para pejabat Barat berulang kali memperingatkan kemungkinan penggunaan senjata mematikan oleh Rusia selama dua minggu terakhir.

Salah satunya bom vakum termobarik, yang menyebabkan kerusakan parah pada tubuh manusia karena intensitas ledakannya.

Belakangan ini, Rusia meningkatkan serangannya ke warga sipil Ukraina seperti di Kharkiv dan Mariupol.

Serangan langsung terhadap warga sipil atau infrastruktur sipil dianggap sebagai kejahatan perang.

Sementara itu, pengembangan, produksi, penimbunan, serta penggunaan senjata kimia dilarang oleh perjanjian internasional yang ditandatangani oleh 193 negara.

Namun senjata kimia telah digunakan setidaknya 17 kali selama perang saudara Suriah, menurut Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW).

OPCW menuduh rezim Bashar al-Assad yang didukung Rusia berada di belakang beberapa serangan profil tinggi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia berusaha menyangkal bahwa rezim Suriah menggunakan senjata kimia.

Pada April 2018, Rusia menuduh Inggris berada di balik serangan klorin di Douma yang menewaskan 40 orang.

Dokter merawat bocah korban serangan senjata kimia di sebuah rumah sakit di Kota Khan Sheikhoun, Suriah, korban kekejaman rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dokter di Suriah banyak menerima bocah korban serangan senjata kimia yang ditandai dengan mata menyempit dan tidak merespon terhadap cahaya.
Dokter merawat bocah korban serangan senjata kimia di sebuah rumah sakit di Kota Khan Sheikhoun, Suriah, korban kekejaman rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Dokter di Suriah banyak menerima bocah korban serangan senjata kimia yang ditandai dengan mata menyempit dan tidak merespon terhadap cahaya. (DAILY MAIL)

Baca juga: AS Bantah Klaim Rusia soal Kerja Sama Pengembangan Senjata Biologis dengan Ukraina

Baca juga: Diplomat Rusia Desak AS Ungkap Informasi Soal Kegiatan Biolab di Ukraina

Tetapi fakta bahwa senjata kimia yang terlibat dikirim melalui serangan udara membuat OPCW menyimpulkan bahwa angkatan udara Suriah yang bertanggung jawab.

Menurut Barat, militer Rusia beberapa hari ini terhambat karena perlawanan Ukraina dan masalah logistik.

Kendati demikian, pasukan Putin ini terus melakukan kemajuan bertahap dan mencoba mengepung area di sekitar Ibu Kota Kyiv.

Awal pekan ini, Institute for the Study of War mengaku yakin pasukan Rusia secara bertahap membangun serangan terhadap Kyiv "dalam 24-96 jam mendatang".

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved